Seperti dikutip dari The Associated Press, secara keseluruhan, Pele memainkan 114 pertandingan bersama timnas Brasil, mencetak rekor 95 gol, termasuk 77 di pertandingan resmi.
Pele mengakhiri karir sepakbola pada 1 Oktober 1977, dalam sebuah pertandingan antara Cosmos dan Santos di hadapan penonton di New Jersey yang berjumlah sekitar 77.000 orang. Dia memainkan setengah pertandingan dengan masing-masing klub.
Baca Juga: Legenda Sepak Bola Brasil Pele Meninggal Dunia di Usia 82 Tahun
Meskipun telah pensiun sebagai pesepakbola, sosok Pele selalu diingat dengan jersey kuning cerah bernomor punggung 10. Selain itu, Pele juga diingat dengan selebrasi golnya yang khas.
Dia kerap melompat dengan gaya tangan terkepal yang didororong hingga ke atas kepala untuk merayakan gol yang dicetaknya.
Setelah pensiun dari sepakbola, Pele melanjutkan hidupnya sebagai seorang politisi, pengusaha kaya, hingga menjadi pemeran dalam film, sinetron, dan bahkan membuat lagu dan merekam CD musik Brasil yang populer.
Dia juga pernah diangkat sebagai duta besar untuk UNESCO.
Nama besar Pele tidak hanya dirasakan di dunia olahraga, namun bahkan mampu mempengaruhi suasana politik suatu negara. Alkisah pada tahun 1967, perang saudara tengah berkecamuk di Nigeria.
Namun ketika Pele akan berkunjung kesana, faksi-faksi di Nigeria setuju untuk melakukan genjatan senjata, hingga Pele dapat melakukan pertandingan eksibisi di negara tersebut.
Negara-negara adidaya pun menaruh hormat yang besar pada Pele. Pada tahun 1997, Pele dianugerahi gelar kebangsawanan oleh Ratu Inggris Elizabeth II.
Ketika dia mengunjungi ibu kota Amerika Serikat (AS), Washington DC, pada tahun 1986, Presiden AS Ronald Reagan mengulurkan tangannya lebih dulu untuk berjabat tangan dengan Pele.
"Nama saya Ronald Reagan, saya presiden Amerika Serikat," ujar Ronald Reagan kepada Pele.
"Tapi Anda tidak perlu memperkenalkan diri karena semua orang tahu siapa Pele," tambahnya.
Pele adalah pahlawan nasional kulit hitam modern pertama di Brasil. Namun selama hidupnya, dia jarang berbicara tentang rasisme.
Para pendukung tim lawan Pele pernah mengejeknya dengan nyanyian monyet yang didengungkan di rumah dan di seluruh dunia. Namun dia mengabaikan ejekan itu.
"Dia mengatakan bahwa dia tidak akan pernah bermain jika dia harus berhenti setiap kali mendengar nyanyian itu," kata Angelica Basthi, salah satu penulis biografi Pele.
"Dia adalah kunci kebanggaan orang kulit hitam di Brasil, tetapi tidak pernah ingin menjadi pembawa bendera (bagi warga kulit hitam)," tambah Basthi seperti dikutip dari The Associated Press.
Saat kesehatannya memburuk, dia mulai jarang tampil di depan umum. Dia sering terlihat menggunakan kursi roda selama tahun-tahun terakhir hidupnya.
Dia juga absen dalam upacara peresmian patung dirinya yang mewakili tim nasional Brasil dalam Piala Dunia 1970. Pada ulang tahunnya yang ke-80, dia menghabiskan waktu bersama keluarganya di sebuah rumah pantai.
Kini Pele telah pergi untuk selamanya. Namun dia akan dikenang selamanya karena aksi di lapangan hijau, maupun di luar arena.
Pele telah menuntaskan hidup yang fantastis. Selamat jalan, Pele!
Sumber : The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.