Kompas TV internasional kompas dunia

Rusia Hujani Ukraina dengan Rentetan Serangan Rudal, Moskow dan Kiev Terkunci Perang yang Melelahkan

Kompas.tv - 29 Desember 2022, 23:05 WIB
rusia-hujani-ukraina-dengan-rentetan-serangan-rudal-moskow-dan-kiev-terkunci-perang-yang-melelahkan
Warga Kiev berlindung di stasiun kereta bawah tanah di tengah serangan Rusia hari Kamis, (29/12/2022). Berbagai wilayah di Ukraina, termasuk ibu kotanya, menghadapi serangan besar-besaran rudal Rusia hari Kamis (29/12/2022), menjadi gelombang serangan terbesar dalam beberapa minggu terakhir, menargetkan pembangkit listrik dan infrastruktur penting lainnya selama cuaca beku. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

Sekitar 90 persen Lviv tanpa listrik, tulis Wali Kota Andriy Sadovyi di Telegram. Trem dan bus troli tidak berfungsi, dan warga mungkin mengalami gangguan air bersih, katanya.

Dalam perkembangan yang dapat semakin meningkatkan ketegangan, saluran Telegram yang berafiliasi dengan layanan pers kepresidenan Belarus mengatakan rudal pertahanan udara S-300 Ukraina mendarat di wilayah Belarusia Kamis pagi.

Dikatakan, rudal itu bisa saja membelok keluar jalur secara tidak sengaja dan tidak ada korban jiwa.

Kementerian Pertahanan Belarusia kemudian mengatakan rudal itu dijatuhkan pertahanan udara Belarusia di atas wilayah Brest barat dan jatuh ke lapangan, menurut pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita negara Belta.

Belarus berfungsi sebagai tempat persiapan untuk serangan Rusia pada 24 Februari ke Ukraina, dan ada kekhawatiran sekutu dekat Moskow itu mencoba mencari alasan bergabung dalam serangan terhadap negara tetangga Ukraina.

Gubernur wilayah Saratov Rusia, Roman Busargin, mengatakan pertahanan udara Rusia menjatuhkan "objek tak dikenal" di dekat kota Engels, rumah bagi pangkalan udara Rusia yang berfungsi sebagai pusat utama pembom strategis berkemampuan nuklir yang terlibat dalam peluncuran rudal yang menyerang Ukraina.

Baca Juga: Menlu Rusia Sergey Lavrov: AS Tak Berniat Bertempur Langsung dengan Rusia

Manlu Rusia Sergey Lavrov. Berbagai wilayah di Ukraina, termasuk ibukotanya, menghadapi serangan besar-besaran rudal Rusia hari Kamis (29/12/2022), menjadi gelombang serangan terbesar dalam beberapa minggu terakhir, menargetkan pembangkit listrik dan infrastruktur penting lainnya selama cuaca beku. (Sumber: Sergei Bobylev/TASS)

Militer Rusia mengatakan pangkalan Engels menjadi sasaran drone Ukraina dua kali bulan ini, terakhir pada hari Senin. Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan tiga prajurit tewas oleh pecahan pesawat tak berawak Ukraina yang jatuh.

Otoritas Ukraina mempertahankan ambiguitas tentang serangan di wilayah Rusia, dan tidak mengeklaim tanggung jawab atas mereka.

Awal bulan ini, Amerika Serikat (AS) setuju memberikan baterai sistem rudal pertahanan udara Patriot ke Ukraina untuk meningkatkan pertahanan negara. AS dan sekutu lainnya juga berjanji menyediakan peralatan energi untuk membantu Ukraina menahan serangan terhadap infrastrukturnya.

Mykhailo Podolyak, penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, mengatakan Rusia bertujuan "menghancurkan infrastruktur kritis dan membunuh warga sipil secara massal."

"Kami sedang menunggu proposal lebih lanjut dari 'penjaga perdamaian' tentang 'penyelesaian damai,' 'jaminan keamanan untuk RF' dan provokasi yang tidak diinginkan," tulis Podolyak di Twitter, referensi sarkastik untuk pernyataan dari beberapa orang di Barat yang mendesak Ukraina untuk mencari penyelesaian konflik secara politik.

Kuleba, menteri luar negeri Ukraina, mengatakan hari Senin bahwa negaranya menginginkan pertemuan "perdamaian" dalam waktu dua bulan di PBB dengan Sekretaris Jenderal António Guterres sebagai mediator.

Baca Juga: Kisah Legiun Rusia yang Berperang Bela Ukraina: Jalani Tes Poligraf dan Tolak Cap Pengkhianat

Seorang petugas polisi menyaksikan puing-puing batu dan tanah beterbangan di udara saat drone kamikaze Rusia menghantam pusat ibu kota Kiev, Ukraina, Senin, 17 Oktober 2022. (Sumber: AP Photo/Vadym Sarakhan)

Dia mengatakan Rusia harus menghadapi pengadilan kejahatan perang sebelum negaranya berbicara langsung dengan Moskow, tetapi negara lain harus merasa bebas untuk terlibat dengan Rusia.

Mengomentari proposal KTT tersebut, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova hari Kamis menolaknya sebagai "mengigau" dan "hampa," menggambarkan proposal sebagai "aksi publisitas oleh Washington yang mencoba untuk mencitrakan rezim Kiev sebagai pembawa damai."

"Ini adalah upaya untuk memberikan legitimasi pada diskusi yang tidak berarti yang tidak akan diikuti oleh langkah konkret apa pun," kata Zakharova saat pengarahan.

Pejabat Rusia mengatakan rencana perdamaian apa pun hanya dapat dilanjutkan berdasarkan pengakuan Kiev atas kedaulatan Rusia di wilayah yang dianeksasi secara ilegal dari Ukraina pada bulan September.

Rencana perdamaian 10 poin Zelensky'y yang pertama kali dipresentasikan pada KTT Kelompok 20 November di Bali mencakup pemulihan penuh integritas teritorial Ukraina, penarikan pasukan Rusia, pembebasan semua tahanan, pengadilan bagi mereka yang bertanggung jawab atas agresi dan jaminan keamanan untuk Ukraina.

Duta Besar Inggris untuk Ukraina Melinda Simmons, mengomentari serangan terbaru, mengatakan di Twitter bahwa "Rusia tidak menginginkan perdamaian dengan Ukraina. Rusia menginginkan penaklukan Ukraina."


 

 




Sumber : Kompas TV/Associated Press




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x