TEPI BARAT, KOMPAS.TV - Pemain sepak bola Palestina, Ahmed Daraghma, tewas usai ditembak mati pasukan Israel dalam sebuah serbuan di Nablus, Tepi Barat, Kamis (22/12/2022) malam waktu setempat.
Daraghma yang baru berusia 23 tahun menjadi korban saat massa Palestina turun ke jalan untuk menghadapi pasukan penjaga pemukim Israel di situs religius Joseph's Tomb atau Makam Yusuf. Ia dilaporkan ditembak mati sniper atau penembak jitu Israel.
Pemain klub Thaqafi Tulkarm itu tewas dalam bentrokan bersenjata antara warga Palestina dan tentara Israel, meski tidak jelas apakah dia ikut serta dalam bentrokan itu.
Kematian Daraghma menjadi duka bagi keluarga, teman, dan warga Palestina.
"Mimpi dan harapan seorang bintang sepak bola Palestina telah dicuri oleh pendudukan rasis dan fasis," tulis Ahmed Rajoub, teman dari Daraghma, dalam sebuah unggahan di Facebook.
Keluarga yang sangat terpukul dengan kematian Daraghma, awalnya tak tahu bahwa putra mereka telah menjadi "martir" untuk Palestina.
Sepupu Daraghma, Muwaffaq Abu Sayyaj, mengatakan keluarga baru mulai memahami apa yang terjadi ketika ratusan orang mendatangi rumah pesepak bola di Tubas, timur laut Nablus itu sebelum fajar pada Kamis, sebagai bentuk solidaritas untuk keluarga.
"Penggemarnya, teman-temannya, komunitasnya, mereka semua datang ke rumahnya untuk berdiri dan mendukung kami karena mereka mencintai Ahmed," kata Sayyaj kepada Middle East Eye.
Baca Juga: Arkeolog Israel Ekskavasi Kompleks Makam Bidan yang Membantu Kelahiran Yesus Kristus di Yerusalem
Daraghma yang berposisi sebagai gelandang serang baru bermain lima kali di kompetisi Liga Utama Tepi Barat.
Dengan statusnya sebagai pencetak gol terbanyak bagi klub, ia pun diyakini bakal menjadi calon pemain andalan bagi Timnas Palestina di masa depan.
"Dia selalu bermimpi bermain di tim nasional Palestina dan menempatkan Palestina di peta,” kata sang pelatih Mahmoud Daraghma.
Akan tetapi, mimpi pemuda dan juga warga Palestina telah pupus seiring tewasnya sang pesepak bola.
Sayyaj menuturkan, bentrokan bersenjata pecah di jalan-jalan antara militer Israel dan pejuang perlawanan Palestina saat kehadiran tentara dalam jumlah yang cukup besar melewati pinggiran Nablus, ke Makam Yusuf.
"Seperti biasa, orang-orang Nablus mempertahankan daerah itu," kata Sayyaj, mengacu pada konfrontasi bersenjata yang sering terjadi akibat pemukim Israel menggunakan perlindungan tentara untuk menyerang kota Palestina.
Sayyaj juga mengungkapkan, bahwa Daraghma tewas setelah dia tertembak di kaki dan kemudian tiga kali ditembak di punggung.
Baca Juga: Tepi Barat Memanas, Remaja Putri Palestina Tewas Kena Tembak Pasukan Israel
"Pertama, dia tertembak di kaki. Kemudian, ketika dia mencoba melarikan diri, tentara menembaknya tiga kali di punggung. Mereka sengaja membunuhnya; ini bukan pembelaan diri," ungkap Sayyaj.
"Dan setelah mereka menembaknya, Israel tidak akan membiarkan paramedis merawatnya," imbuhnya.
Kematian Daraghma di tangan penembak jitu Israel langsung mengundang reaksi dari berbagai tokoh di Palestina.
Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh meminta FIFA untuk mengutuk Israel atas pembunuhan tersebut, dengan mengatakan bahwa otoritas pendudukan Israel bertanggung jawab atas kejahatan ini.
Susan Shalabi, wakil presiden Asosiasi Sepak Bola Palestina, mengatakan bahwa Daraghma bukanlah yang pertama dan juga bukan pesepak bola Palestina terakhir yang impiannya akan dipadamkan oleh Israel.
Shalabi menambahkan, masalah yang diderita olahraga di Palestina bukan hanya pemain yang dibunuh oleh militer, tetapi juga pendudukan itu sendiri.
"Mereka tidak membiarkan orang berpindah antarkota di Palestina. Tentara sering menghentikan pemain di pos pemeriksaan, membuat mereka terlambat untuk pertandingan mereka," tutur Shalabi.
"Jika Anda berada di Gaza, dan tim nasional Anda berlatih di Ramallah, Israel tidak akan memberi Anda izin yang Anda perlukan untuk berlatih di Ramallah."
Baca Juga: Ceritakan Aksi Zionis dalam Peristiwa Nakba Palestina, Film Farha Diserang Buzzer, Sutradara Diteror
"Gas air mata dan bom suara telah dilemparkan ke tribune stadion sepak bola selama pertandingan. Di Gaza, mereka juga menargetkan infrastruktur, menghancurkan tribune," ungkapnya.
Sepak bola, bagi Palestina, merupakan kesempatan kaum muda untuk berjuang melepaskan diri dari pendudukan dan menempatkan negara mereka di peta.
"Penembak jitu itu tidak hanya membunuh impian Ahmed, tapi juga impian negara. Dia adalah masa depan liga sepak bola nasional Palestina," ucap Sayyaj.
Mahmoud, yang telah mengetahui bagaimana perkembangan dan bakat Daraghma semenjak kanak-kanak, memuji komitmen dan kecintaannya pada sepak bola.
"Saya melatihnya di (kampung halamannya) Tubas ketika dia masih muda. Dia dengan cepat mulai bermain melawan anak-anak yang lebih tua berkat keahliannya," kata sang pelatih.
"Baik secara profesional maupun pribadi, Ahmed bekerja keras untuk mencapai tingkat keahliannya," lanjutnya.
"Dua minggu lalu, dia mengatakan kepada saya bahwa dia mendapat banyak tawaran berbeda untuk bermain di liga lain, tetapi memutuskan bahwa dia ingin bermain dengan kami dan menjadikan tim kami salah satu yang terbaik di Palestina," ungkap Mahmoud.
Baca Juga: PBB Sepakat Peringati 75 Tahun Tragedi Nakba Palestina, Israel Meradang
Tahun 2022 menjadi tahun paling berdarah bagi warga Palestina yang berada di Yerusalem dan Tapi Barat sejak PBB mulai mencatat kematian dari tahun 2005.
Total, lebih dari 170 warga Palestina telah dibunuh oleh pasukan Israel di Tepi Barat pada sepanjang tahun ini.
Kebijakan "tembak-bunuh" Israel telah dikecam selama bertahun-tahun oleh kelompok hak asasi manusia. Tetapi, ketika Israel dipimpin pemerintahan paling kanan dalam sejarahnya, pembunuhan di luar hukum terhadap warga Palestina malah semakin lebih sering terjadi.
Menteri Keamanan Nasional Israel yang akan datang, Itamar Ben-Gvir, telah mendorong pembunuhan warga Palestina dengan darah dingin.
Teranyar, ia memuji seorang tentara Israel, yang menembak seorang warga Palestina empat kali dari jarak dekat, sebagai pahlawan.
“Orang Israel tidak membedakan antara pemain sepak bola, jurnalis, dokter, dan paramedis. Mereka membunuh semua orang Palestina. Tidak masalah apakah Anda seorang pejuang atau bukan,” ujar Shalabi.
"Ini adalah serial TV di Palestina, dan pembunuhan Ahmed hanyalah episode lainnya. Israel menginginkan tanah tanpa manusia."
Baca Juga: Pasukan Israel Tembak Mati Tiga Warga Palestina di Tepi Barat, Termasuk Dua Bersaudara
Sumber : Middle East Eye
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.