Raksasa minyak Arab Saudi adalah pemasok utama ke China dan pernyataan bersama tersebut menegaskan kembali pentingnya stabilitas pasar global dan kolaborasi energi sambil berusaha untuk meningkatkan perdagangan non-minyak dan meningkatkan kerja sama dalam tenaga nuklir damai.
"Kedua belah pihak menegaskan kembali bahwa mereka akan terus mendukung kepentingan inti masing-masing," bunyi pernyataan itu.
Menanggapi kekhawatiran keamanan Teluk atas Iran, pemasok minyak penting lainnya ke China dan dengan siapa Beijing memiliki hubungan baik, mereka sepakat tentang perlunya "memperkuat kerja sama bersama untuk memastikan sifat damai program nuklir Iran" dan agar Teheran menghormati "prinsip bertetangga baik”.
Baca Juga: Proyek Ambisius Arab Saudi, Bakal Bangun Bandara Terbesar di Dunia
Riyadh juga menyuarakan dukungan untuk kebijakan "Satu China" Beijing tentang masalah Taiwan.
Setelah itu Xi mengundang Raja Salman untuk mengunjungi China, lapor televisi pemerintah Saudi.
Pemimpin China itu mengatakan kunjungannya menandai era baru dalam hubungan kerja sama.
“Tiongkok berharap bekerja sama dengan Arab Saudi dan negara-negara Arab untuk mengubah dua KTT menjadi peristiwa penting dalam sejarah hubungan China-Arab dan hubungan China-GCC, serta membawa hubungan ini ke tingkat yang lebih tinggi,” kata kementerian luar negeri mengutip perkataan Xi.
Emir Qatar, putra mahkota Kuwait, Raja Bahrain, Raja Yordania, dan presiden Mesir, Tunisia, Djibouti, Somalia, dan Mauritania termasuk di antara para penguasa yang hadir bersama para pemimpin dan perdana menteri Irak, Maroko, Aljazair, Sudan, dan Lebanon.
Menjelang KTT, Xi juga mengadakan pembicaraan bilateral dengan para pemimpin dari Kuwait, Mesir, Irak, Sudan, dan Palestina.
Para diplomat mengatakan delegasi China akan menandatangani perjanjian dan nota kesepahaman dengan beberapa negara selain Arab Saudi, yang menandatangani MOU dengan Huawei tentang komputasi awan dan membangun kompleks teknologi tinggi di kota-kota Saudi.
Raksasa teknologi China itu berpartisipasi dalam membangun jaringan 5G di sebagian besar negara Teluk meskipun AS mengkhawatirkan kemungkinan risiko keamanan dalam menggunakan teknologinya.
Sumber : Kompas TV/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.