AMMAN, KOMPAS.TV - Film Farha yang mengisahkan tentang Nakba (malapetaka) atau peristiwa pembersihan etnis yang terjadi di Palestina sebelum berdirinya Israel pada 1948 silam, dilaporkan diserang buzzer atau akun-akun spam yang terorganisasi usai dirilis platform Netflix pada 1 Desember lalu.
Film Farha sendiri menjadi kontroversi di Israel. Pasalnya, film ini menceritakan brutalitas milisi Zionis ketika terjadi pengusiran besar-besaran bangsa Palestina pada 1948 silam.
Sutradara film Farha, Darin J. Sallam, mengaku skenario filmnya didasarkan pada kisah nyata yang menceritakan seorang gadis remaja yang mengalami langsung peristiwa Nakba.
Di platform IMDB, film Nakba pun diberondong penilaian bintang 1 yang cukup masif. Hingga berita ini diturunkan, Senin (5/12/2022), tercatat ada 6.425 akun yang memberi bintang 1 ke film Farha atau 12,7 persen dari keseluruhan penilaian.
Baca Juga: PBB Sepakat Peringati 75 Tahun Tragedi Nakba Palestina, Israel Meradang
Kalangan aktivis menilai pemberian bintang 1 massal ini adalah bagian dari kampanye spam yang terorganisasi.
Kebanyakan penilaian negatif diduga berasal dari sumber yang sama, memuat komentar serupa, menuduh film tersebut “sepihak” dan “bohong besar.”
Ahmad Syihab-Eldin, mantan jurnalis Al Jazeera, menyebut penilaian negatif film Farha adalah bagian dari kampanye untuk mendiskreditkan film itu dan mencegah orang-orang menontonnya.
“Kecepatan dari unggahan-unggahan itu menunjukkan bahwa itu dikoordinasi,” kata Ahmad dikutip Middle East Eye.
“Setiap jamnya, puluhan dan puluhan penilaian hambar dan jahat akan muncul, membuat tuduhan liar yang menyasar film itu. Jelas bahwa orang-orang itu belum menonton filmnya, hanya ingin merusak reputasinya,” lanjutnya.
Menurut Ahmad, sekitar 1.000 ulasan negatif tiba-tiba muncul tentang film itu dalam kurun 24 jam, memuat “bahasa kebencian dan menghasut.”
Otoritas Israel sendiri berang atas perilisan film Farha oleh Netflix. Film ini sebelumnya ditampilkan di festival-festival film sepanjang 2021.
Darin J. Sallam mengaku diteror usai film besutannya dirilis di platform Netflix. Ia mengaku akun media sosialnya diserang ratusan orang dengan pesan-pesan kebencian.
Sutradara asal Yordania itu menyatakan bahwa kampanye negatif terhadap Farha menunjukkan ketidakmampuan Israel mengakui perlakuan buruk terhadap bangsa Palestina.
“Saya kira ini menunjukkan banyak hal tentang kondisi kolektif dari kecemasan di Israel dan ketidakmampuan masyarakat Israel mengonfrontasi masa lalunya sendiri,” kata Sallam.
“Israel melarang penerbitan tiap dokumen yang mendetail pengusiran paksa Palestina, pelanggaran hak asasi mereka, termasuk kejahatan perang,” lanjutnya.
Sallam sendiri mengaku bahwa film Farha diangkat dari kisah nyata. Dilansir The Intercept, Sallam mengaku cerita film Farha didasarkan pada kisah teman ibunya yang mengalami sendiri peristiwa Nakba ketika muda.
Teman ibunya itu kemudian tinggal sebagai pengungsi di Suriah usai diusir Israel.
“(Film) Farha menunjukkan kepada kita, melalui kacamata seorang gadis 14 tahun, kebenaran tentang betapa mengerikannya Nakba, dan itu termasuk hilangnya jiwa orang-orang tak bersalah di kedua belah pihak,” kata Sallam.
Baca Juga: Nakba Day 15 Mei, Hari Bencana bagi Palestina Usai Zionis Deklarasi Israel
Sumber : Kompas TV/Middle East Eye/The Intercept
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.