Hanya beberapa hari sebelum dimulainya G20, AS dan Rusia tidak setuju mengenai bahasa pada pertemuan puncak yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara KTT ASEAN di Kamboja, mendorong pertemuan ditutup tanpa pernyataan bersama seperti lazimnya pertemuan puncak.
“Indonesia layak mendapatkan pujian yang cukup besar karena berhasil lolos tanpa ledakan besar,” kata Greg Poling, kepala program Asia Tenggara di Pusat Kajian Strategis dan Internasional Washington.
“Setelah semua kembang api politik, mereka dapat mendiskusikan isu-isu nyata yang diinginkan Indonesia dalam agenda: ketahanan pangan, perubahan iklim, dan ketahanan energi. Itu kemenangan!"
Indonesia di bawah Jokowi secara bertahap meningkatkan kehadiran internasionalnya.
Tahun lalu, pemerintahannya memainkan peran kunci dalam negosiasi yang menyebabkan AS keluar dari Afghanistan.
Indonesia juga memimpin upaya di ASEA meminta pertanggungjawaban junta militer Myanmar atas kekerasan berkelanjutan terhadap warga sipil setelah militer merebut kendali pemerintah dalam kudeta tahun lalu.
Dalam pidatonya kepada para pemimpin G-20 pada hari Rabu, Jokowi berterus terang.
Baca Juga: Indonesia Kantongi Komitmen Investasi Sekitar Rp125 Triliun dari KTT G20
“Hentikan perang. Saya ulangi: hentikan perang,” katanya, “Pemulihan ekonomi global tidak akan terjadi kecuali situasinya membaik.”
Asia Tenggara sebagian besar menahan diri untuk tidak memihak di antara kekuatan-kekuatan besar yang bersaing, dalam upaya untuk memperkuat sentralitas regional dan memastikan manfaat ekonomi yang lebih besar bagi hampir 700 juta orang di kawasan itu.
Hal itu membuat pintu terbuka bagi Indonesia untuk mengambil peran sebagai mediator independen di tengah kebuntuan yang terus berlanjut di Dewan Keamanan PBB.
“Indonesia secara tradisional gesit dalam mengelola tantangan strategis pada saat kritis,” kata Ong Keng Yong, mantan Sekretaris Jenderal ASEAN.
“Pejabat Indonesia adalah diplomat ulung dan berpengalaman, dan sungguh keliru untuk menganggap angin lalu negara dan presiden mereka.”
Bagi Jokowi, yang mendekati akhir masa jabatan terakhirnya, fokus utamanya adalah mendorong investasi baru untuk mendanai ibu kota baru IKN senilai US$34 miliar di Kalimantan. Hari Rabu, Jokowi juga mengumumkan niatnya untuk menjadi tuan rumah Olimpiade 2036 di sana.
“Dari sudut pandang Indonesia, ini adalah G-20 yang sangat sukses,” kata Achmad Sukarsono, kepala analis untuk Indonesia di Control Risks yang berbasis di Singapura.
“Yang ingin dilakukan Indonesia adalah menampilkan Indonesia kepada anggota lainnya. Sekarang saya melihat berita utama mengatakan, ‘Jokowi pemimpin global.’"
Sumber : Kompas TV/Bloomberg
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.