Baca Juga: Wah, Amerika Serikat Ungkap Kesediaan Berdialog dengan Korea Utara tanpa Prasyarat!
Pada tahun 2010, Korea Utara menembaki sebuah pulau garis depan Korea Selatan di lepas pantai barat semenanjung itu, menewaskan empat orang.
Tetapi senjata yang digunakan adalah roket artileri, bukan rudal balistik yang peluncuran atau pengujiannya dilarang oleh beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB.
Kemudian hari Rabu, jet tempur Korea Selatan meluncurkan tiga rudal udara-ke-permukaan, dipandu presisi di dekat perbatasan laut timur untuk menunjukkan tekadnya untuk melawan provokasi Korea Utara.
Militer Korea Selatan mengatakan rudal-rudal itu mendarat di perairan internasional pada jarak yang sama 26 kilometer di utara perbatasan laut dengan rudal Korea Utara yang jatuh pada Rabu pagi.
Tanggapan Korea Selatan itu dikatakan bertujuan mempertahankan tingkat kesiapan untuk meraih "kemenangan luar biasa" melawan Korea Utara bila terjadi bentrokan.
"Korea Utara menembakkan rudal dengan cara yang memicu sirene serangan udara tampaknya dimaksudkan untuk mengancam warga Korea Selatan untuk menekan pemerintah mereka agar mengubah kebijakan," kata Leif-Eric Easley, seorang profesor di Universitas Ewha di Seoul.
Baca Juga: Runyam, Jepang Pertimbangkan Beli Rudal Jelajah Tomahawk AS untuk Lawan Korea Utara
“Kemampuan dan uji coba militer Korea Utara berkembang makin mengkhawatirkan. Namun, menawarkan konsesi tentang kerja sama atau menawarkan pengakuan nuklir akan memperburuk keadaan.”
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengidentifikasi tiga senjata Korea Utara yang diluncurkan sebagai "rudal balistik jarak pendek" yang ditembakkan dari kota pesisir timur Wonsan, termasuk rudal yang mendarat di dekat perbatasan laut.
Rudal balistik jarak pendek Korea Utara dirancang untuk menyerang fasilitas utama di Korea Selatan, termasuk pangkalan militer AS di sana.
Dalam pertemuan darurat dengan pejabat tinggi keamanan, Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol memerintahkan para pejabat untuk mengambil langkah cepat untuk membuat Korea Utara mendapat konsekuensi atas tindak provokasinya.
Presiden Yoon Suk-yeol mengatakan dia akan menganggap pendaratan rudal Korea Utara di dekat perbatasan sebagai "pelanggaran virtual terhadap perairan teritorial (kami)."
Selama pertemuan darurat Korea Selatan, "para peserta menyesali provokasi yang dilakukan selama masa berkabung nasional dan menunjukkan bahwa ini dengan jelas menunjukkan sifat pemerintah Korea Utara," menurut kantor kepresidenan Korea Selatan.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.