Kremlin tetap dengan tuduhannya bahwa Ukraina mungkin bersiap untuk meledakkan apa yang disebut bom kotor yang menyebarkan bahan radioaktif, meskipun Ukraina, Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis telah menolak klaim Moskow.
Menhan Rusia Sergei Shoigu dalam panggilan telepon dengan rekan-rekannya dari Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Turki mengklaim hal tersebut
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan Shoigu menyuarakan keprihatinan tentang "kemungkinan provokasi Ukraina yang melibatkan 'bom kotor'," perangkat yang menggunakan bahan peledak untuk menyebarkan bahan radioaktif.
Baca Juga: Macron: Masih Ada Prospek Solusi Damai Perang Rusia-Ukraina saat Kiev Bersedia Berunding
Perangkat semacam itu tidak memiliki efek menghancurkan dari ledakan nuklir, tetapi dapat mengekspos area yang luas terhadap kontaminasi radioaktif.
Kementerian Pertahanan Rusia dan Kremlin tidak secara terbuka menawarkan informasi spesifik apa pun untuk mendukung klaimnya.
Tetapi berbicara selama panggilan hari Senin dengan wartawan, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov bersikeras peringatan Shoigu mencerminkan ancaman nyata.
“Ketidakpercayaan mereka terhadap informasi yang diberikan oleh pihak Rusia tidak berarti ancaman penggunaan bom kotor semacam itu tidak ada,” kata Peskov.
“Ancaman seperti itu ada, dan menteri pertahanan telah memberikan informasi tentang itu kepada lawan bicaranya. Terserah mereka apakah akan mempercayainya atau tidak.”
Baca Juga: Menhan Rusia Telepon Menhan Prancis, Inggris, dan Turki, Tuding Ukraina akan Gunakan 'Bom Kotor'
Sekutu Barat mengatakan mereka menolak "tuduhan Rusia yang jelas-jelas palsu" dan memperingatkan mereka akan "berusaha dengan segala upaya untuk menggunakan tuduhan ini sebagai dalih untuk eskalasi."
Kepala intelijen militer Ukraina Kyrylo Budanov mengatakan pasukan Rusia tidak terlihat bersiap untuk mundur dari kota utama Kherson di selatan dalam waktu dekat.
Budanov mengatakan dalam sebuah wawancara yang diterbitkan hari Senin bahwa Rusia meningkatkan pertahanan mereka di kota Kherson, namun secara paralel mengevakuasi pejabat dan mendorong warga sipil untuk pergi mengungsi.
“Dalam banyak aspek, ini adalah operasi informasi dan manipulasi,” kata Budanov, menambahkan upaya evakuasi “menciptakan ilusi bahwa (Rusia) kalah dalam pertempuran.”
“Pada saat yang sama, mereka membawa unit militer baru dan mempersiapkan jalan-jalan kota untuk pertahanan,” tambahnya.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.