Menurut petugas kepolisian, pelaku menembak enam kali ke arah Escobar. Dan setiap kali menarik pelatuk dari pistolnya, sang pembunuh teriak, "gol!".
Sebenarnya, Escobar sudah diingatkan oleh rekan-rekannya agar jangan dulu ke luar rumah. Namun, Escobar bergeming.
"Saya harus menunjukkan wajah saya kepada orang-orang," kata Escobar kala itu.
Pelaku penembakan, Humberto Castro Mu Multinoz adalah pengawal para baron narkoba yang kehilangan uang karena bertaruh untuk Kolombia.
Kasus tewasnya Escobar memang jelas berkaitan dengan perjudian. Kekalahan Kolombia kala itu membuat para bandar judi kalah besar. Mereka benar-benar kecewa sehingga menyasar sang pemain muda itu.
Kala itu, Kolombia dikuasi oleh para gang narkoba dan perjudian. Bahkan perang saudara terjadi di antara para gangster itu. Perdagangan kokain merajalela di mana-mana.
Untuk memberikan penghormatan, sekitar 120.000 orang menghadiri pemakaman Escobar. Peringatan kematian Escobar masih berlangsung setiap tahun di Kolombia.
Meski demikian, ancaman pembunuhan terhadap pemain sepak bola masih sering terjadi di sana. Lagi-lagi karena ulah para bandar judi dan narkoba.
Misalnya, seperti yang dialami Carlos Sanchez pada 2018 silam. Ancaman tersebut dia terima setelah mendapatkan kartu merah di menit ketiga saat Kolombia menghadapi Jepang di Piala Dunia 2018.
Baca Juga: Pengamat: Pengamanan Sepak Bola Berbeda dengan Pengamanan Demo, Tak Boleh Ada Gas Air Mata
Sepak bola memang selalu menyimpan euforia dan kegembiraan, tapi juga sekaligus kesedihan dan kematian. Seperti puisi Joko Pinurbo:
Permainan sudah selesai. Perburuan tak akan usai.
Kostum, bendera, spanduk bertebaran di pinggir arena.
Ribuan penonton telah pulang meninggalkan stadion,
tempat yang kalah dan yang menang bertukar celana.
Maafkan kami yang tak juga paham rahasia bola.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.