KIEV, KOMPAS.TV — Penyedia tenaga nuklir Ukraina menuduh Rusia "menculik" kepala pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) terbesar di Eropa Zaporizhzhia, Sabtu (1/10/2022). Fasilitas yang sekarang diduduki oleh pasukan Rusia itu terletak di wilayah Ukraina yang dicaplok oleh Presiden Rusia Vladimir Putin secara ilegal.
Associated Press melaporkan, pasukan Rusia menangkap direktur jenderal PLTN Zaporizhzhia, Ihor Murashov pada Jumat (30/9) sekitar pukul 4 sore, kata perusahaan nuklir negara Ukraina Energoatom.
Penangkapan itu terjadi hanya beberapa jam setelah Putin, dalam eskalasi tajam perangnya, menandatangani perjanjian untuk menyerap wilayah Ukraina yang dikuasai Moskow ke Rusia.
Energoatom mengatakan pasukan Rusia menghentikan mobil Murashov, menutup matanya dan kemudian membawanya ke lokasi yang dirahasiakan.
"Penahanannya oleh (Rusia) membahayakan keselamatan Ukraina dan pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa," kata Presiden Energoatom Petro Kotin.
Kotin menuntut agar Rusia segera membebaskan Murashov.
Rusia tidak segera mengakui penangkapan direktur pabrik.
Baca Juga: Tentara Rusia Dituduh Pukuli hingga Tewas 2 Staf PLTN Zaporizhzhia, Diyakini Juga Melukai Lainnya
Badan Energi Atom Internasional IAEA, yang memiliki staf di PLTN itu, tidak segera mengakui klaim Energoatom tentang penangkapan Murashov.
Pabrik Zaporizhzhia berulang kali terperangkap dalam baku tembak perang di Ukraina.
Teknisi Ukraina terus menjalankannya setelah pasukan Rusia merebut pembangkit listrik.
Reaktor terakhir pabrik ditutup pada bulan September di tengah penembakan yang sedang berlangsung di dekat fasilitas tersebut.
Pada Jumat, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan perang di Ukraina berada pada "momen penting".
Dia menyebut keputusan Putin untuk mengambil alih lebih banyak wilayah, merupakan "upaya pencaplokan terbesar wilayah Eropa secara paksa sejak Perang Dunia Kedua." Rusia sekarang mengeklaim kedaulatan atas 15 persen Ukraina.
Baca Juga: Pengawas Nuklir PBB Turun Tangan Periksa PLTN Zaporizhzhia, Hasilnya Bikin Khawatir
Namun, di tempat lain di Ukraina, serangan balasan Ukraina yang bulan lalu mempermalukan Kremlin dengan membebaskan wilayah yang berbatasan dengan Rusia, berada di ambang merebut kembali lebih banyak wilayah, menurut analis militer.
Institute for the Study of War, sebuah think tank yang berbasis di Washington, mengatakan Ukraina kemungkinan akan merebut kembali kota penting lain yang diduduki Rusia di timur negara itu dalam beberapa hari ke depan.
Pasukan Ukraina telah mengepung kota Lyman, sekitar 160 kilometer tenggara Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina.
Mengutip laporan Rusia, institut itu mengatakan tampaknya pasukan Rusia mundur dari Lyman.
Itu sesuai dengan video online yang konon menunjukkan beberapa pasukan Rusia mundur ketika seorang tentara Ukraina mengatakan mereka telah mencapai pinggiran Lyman.
Militer Ukraina belum mengeklaim mengambil Lyman, dan pasukan yang didukung Rusia mengeklaim mereka mengirim lebih banyak pasukan ke daerah itu.
Baca Juga: Bicara dengan Putin, Erdogan Tawarkan Diri Jadi Mediator Perkara Nuklir Zaporizhzhia
Ukraina juga membuat keuntungan "bertambah" di sekitar Kupiansk dan tepi timur Sungai Oskil, yang menjadi garis depan utama sejak serangan balasan Ukraina menguasai kembali wilayah Kharkiv pada September.
Militer Ukraina hari Sabtu mengeklaim Rusia perlu mengerahkan taruna sebelum mereka menyelesaikan pelatihan mereka karena kurangnya tenaga dalam perang.
Putin memerintahkan mobilisasi massal tentara cadangan Rusia pekan lalu untuk melengkapi pasukannya di Ukraina, dan ribuan orang telah meninggalkan negara itu untuk menghindari panggilan.
Staf umum militer Ukraina mengatakan taruna di Sekolah Militer Tyumen dan Sekolah Lintas Udara Ryazan akan dikirim untuk berpartisipasi dalam mobilisasi Rusia.
Ia tidak memberikan rincian tentang bagaimana mengumpulkan informasi, meskipun Kiev secara elektronik menyadap panggilan telepon seluler dari tentara Rusia di tengah konflik.
Dalam briefing intelijen harian, Kementerian Pertahanan Inggris menyoroti serangan hari Jumat di kota Zaporizhzhia yang menewaskan 30 orang dan melukai 88 lainnya.
Baca Juga: PLTN Zaporizhzia Diserang, Diplomat Rusia Takut Material Nuklir Ukraina Jatuh ke Tangan Teroris
Militer Inggris mengatakan Rusia "hampir pasti" menyerang konvoi kemanusiaan di sana dengan rudal anti-pesawat S-300.
Rusia semakin menggunakan rudal anti-pesawat untuk melakukan serangan di darat kemungkinan karena kurangnya amunisi, kata Inggris pada hari Sabtu.
“Stok rudal Rusia kemungkinan besar terbatas dan merupakan sumber daya bernilai tinggi yang dirancang untuk menembak jatuh pesawat modern dan rudal yang masuk, daripada untuk digunakan melawan target darat,” kata Inggris.
“Penggunaannya dalam peran serangan darat hampir pasti didorong oleh kekurangan amunisi secara keseluruhan, terutama rudal presisi jarak jauh.”
Pengarahan Inggris mencatat serangan itu terjadi ketika Putin sedang bersiap untuk menandatangani perjanjian aneksasi.
"Rusia mengeluarkan aset militer yang berharga secara strategis dalam upaya untuk mencapai keuntungan taktis dan dalam prosesnya membunuh warga sipil yang sekarang diklaim sebagai warganya sendiri," katanya.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.