BRUSSELS, KOMPAS.TV - Uni Eropa hari Jumat, (30/9/2022) akan mencari cara mendesak untuk menurunkan harga energi yang saat ini meroket, ditambah musim dingin mendekat, belum lagi "sabotase" jaringan pipa gas dari Rusia minggu ini yang menyuntikkan drama ke dalam upaya tersebut.
Seperti laporan Straits Times, Kamis, (29/9/2022), Menteri energi Uni Eropa akan berkumpul di Brussel untuk mempertimbangkan proposal darurat Komisi Eropa yang mencakup pemotongan penggunaan listrik di blok tersebut, memberlakukan retribusi rejeki nomplok pada perusahaan energi dan membahas batasan harga pada pasokan gas.
Eropa diambang malapetaka karena cadangan energi dan pengiriman bahan bakar fosil dari Rusia makin langka.
Sanksi Uni Eropa terhadap Moskow atas serangannya ke Ukraina, termasuk menghindari pembelian minyak Rusia mulai Desember, mendorong Kremlin untuk membalas dengan sangat mengurangi pasokan gas alam.
Kebocoran yang tidak dapat dijelaskan pada pipa gas Nord Stream 1 dan 2 bawah laut dari Rusia ke Jerman memperburuk situasi, dan dipandang sebagai "sabotase" oleh para pemimpin Uni Eropa, dengan kecurigaan jatuh ke Moskow.
Tagihan listrik setinggi langit
Alarm makin nyaring di antara orang Eropa yang dihadapkan dengan tagihan energi yang melonjak.
"Sama sekali tidak mungkin untuk membayar," kata Pascale Dumont, seorang pembuat roti di kota Belgia bernama Gedinne, seperti dikutip Straits Times, setelah tagihan listrik bulanan bisnisnya melonjak sepuluh kali lipat, menjadi 11.836 Euro per bulan (sekitar 176 juta rupiah).
Baca Juga: Uni Eropa Ingin Batasi Harga Gas Rusia, Minta Dana Solidaritas Perusahaan Energi
"Jika Anda mengerjakannya lebih dari setahun, itu sama dengan harga sebuah rumah!" serunya.
Business Europe, lobi Uni Eropa, memperingatkan "keadaan harga gas dan listrik yang tinggi saat ini menanggung risiko kerugian produksi dan penutupan ribuan perusahaan Eropa".
Negara Uni Eropa yang berada di garis depan krisis energi adalah Jerman, kekuatan ekspor blok yang lama bergantung pada gas Rusia.
Setelah mencatat lonjakan inflasi hingga 10 persen, pemerintahnya mengatakan akan meminjam €200 miliar untuk melindungi rumah tangga dan bisnis Jerman dari "perang energi".
Itu menambah berbagai inisiatif nasional di seluruh Uni Eropa dengan total ratusan miliar euro, tagihan besar yang menambah beban berat akibat pandemi Covid-19.
Komisi Eropa sedang mencoba untuk memanfaatkan kerja sama era Covid-19 untuk membentuk pendekatan umum Uni Eropa tentang energi.
"Eropa menghadapi pemerasan energi oleh Rusia, dan permintaan global untuk gas lebih tinggi daripada pasokan," kata komisaris energi Uni Eropa, Kadri Simson.
Baca Juga: Ukraina Disebut Bisa Jadi Pemasok Energi Utama ke Eropa Gantikan Rusia
"Kita perlu bekerja di seluruh rantai untuk mengatasi tantangan itu," katanya, seraya menambahkan pembatasan harga pada harga grosir gas alam yang memasuki Uni Eropa adalah "mungkin" untuk diterapkan jika langkah-langkah lain gagal membawa hasil.
Batas harga diperdebatkan
Satu proposal inti dengan dukungan kuat adalah "batas" pada keuntungan produsen listrik non-gas dan "kontribusi" dari perusahaan energi lainnya.
Retribusi - komisi menolak untuk menyebutnya "pajak tak terduga" - diperkirakan akan mengumpulkan 140 miliar Euro yang dapat dihabiskan untuk melindungi konsumen.
Cara lainnya adalah mendorong pengurangan konsumsi energi, misalnya dengan mematikan penerangan umum lebih awal, menurunkan termostat hingga maksimum 19 derajat Celcius, dan menurunkan penggunaan daya pada jam sibuk.
Namun, think tank Bruegel di Brussels mengatakan langkah-langkah itu "tidak cukup".
"Rencana yang lebih komprehensif perlu memastikan bahwa semua negara mengedepankan setiap fleksibilitas sisi pasokan yang tersedia, melakukan upaya nyata untuk mengurangi permintaan gas dan listrik, menjaga pasar energi mereka tetap terbuka dan mengumpulkan permintaan untuk mendapatkan kesepakatan yang lebih baik dari pemasok gas eksternal," katanya.
Baca Juga: Bila Benar Jalur Pipa Gas Nord Stream Bocor akibat Sabotase, Uni Eropa Bersumpah Lakukan Pembalasan
Bagian dari masalah dalam menghasilkan pendekatan Uni Eropa yang lebih menggigit adalah ramuab energi yang berbeda di negara-negara anggota.
Prancis, misalnya, sebagian besar bertenaga nuklir, sementara negara-negara Uni Eropa timur bergantung pada bahan bakar fosil, dan Spanyol mendapatkan gasnya dari Afrika Utara.
Lima belas negara Uni Eropa, di antaranya Prancis, Italia dan Polandia, telah menulis surat bersama yang menyerukan pembatasan harga pada semua impor gas ke dalam blok tersebut, mencakup gas pipa dari Rusia tetapi juga pengiriman gas alam cair (LNG) dari AS dan tempat lain.
"Risiko signifikan" yang dibawa kebijajan itu, bila diteraokan, adalah termasuk kekurangan pasokan gas secara tiba-tiba ke Eropa, terutama dari pemasok LNG yang mengalihkan kapal ke pembeli yang lebih menguntungkan di tempat lain di dunia.
Salah satu solusi yang mungkin adalah pembelian gas Uni Eropa yang terpusat "tetapi kompleksitas mekanisme semacam itu sedemikian rupa sehingga saya pikir dalam jangka waktu yang singkat sulit untuk diatasi," kata pejabat itu.
Sumber : Kompas TV/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.