Somalia berada di ambang kelaparan kedua hanya dalam satu dekade, akibat kekeringan terburuk dalam 40 tahun setelah musim hujan yang gagal sejak akhir 2020. (Sumber: AP Photo/Farah Abdi Warsameh)
Komite Penyelamatan Internasional IRC menjalankan tujuh pusat kesehatan dan gizi di dalam dan sekitar ibu kota, tetapi sumber daya mereka sangat terbatas. Sementara, krisis tidak menunjukkan tanda-tanda akan mereda.
"Jumlah pendatang baru meningkat drastis mulai Juni tahun ini," kata petugas nutrisi IRC Faisa Ali.
Sebagian besar anak-anak menjadi kurang gizi, katanya. Jumlah anak-anak kelaparan meloncat tiga kali lipat dari maksimum 13 anak yang datang kelaparan di bulan Mei, menjadi 40 anak saat ini.
Seorang ibu dari 10 anak, Nuunay Adan Durow meninggalkan rumahnya dan melakukan perjalanan sejauh 300 km mencari bantuan medis untuk putranya yang berusia tiga tahun, Hassan Mohamed. Saat ini, anggota tubuh bocah itu bengkak karena kekurangan gizi parah.
"Selama tiga tahun terakhir, kami tidak memanen apa pun karena kurangnya hujan," kata Durow, menjelaskan bagaimana dia terpaksa berjalan kaki selama dua jam setiap hari untuk mencari air bagi keluarganya.
"Kami menghadapi situasi yang mengerikan," kata wanita berusia 35 tahun itu, sambil menggendong Hassan saat mereka menunggu perhatian medis di pusat IRC di pinggiran Mogadishu.
Baca Juga: Afrika Terancam Kelaparan, PBB Sebut AS Beli Biji-bijian Ukraina untuk Bantuan Pangan
Kekeringan juga memengaruhi beberapa bagian Kenya dan Ethiopia. Tetapi, risiko bagi Somalia sangat serius, dengan 200.000 orang dalam bahaya kelaparan dan sekitar 1,5 juta anak menghadapi kekurangan gizi akut pada bulan depan, kata PBB.
Krisis tersebut bahkan tidak menyelamatkan daerah-daerah yang secara tradisional subur seperti Shabelle Bawah. Di masa lalu, masyarakat yang dilanda kekeringan akan mencari perlindungan di sana, berharap mendapatkan makanan.
“Kami dulu bertani dan mendapatkan sayuran untuk memberi makan anak-anak kami sebelum kekeringan memengaruhi kami,” kata Fadumo Ibrahim Hassan, 35, seorang janda ibu dari enam anak. Sekarang, "kita hidup dari apa pun yang Tuhan berikan kepada kita", katanya.
Baru-baru ini tiba di Mogadishu, putrinya yang berusia dua tahun, Yusro, kondisinya memburuk hingga staf IRC tidak bisa lagi merawatnya.
Dengan berat badan hanya 5,8 kg, setengah dari seorang gadis sehat pada usia yang sama, Yusro kekurangan gizi parah. Tim medis IRC mengatakan dia harus segera dirawat di rumah sakit.
Di Rumah Sakit De Martino, Dr Fahmo Ali mengatakan setiap hari makin banyak anak sakit dan kurang gizi dibawa ke perawatannya.
"Yang kami terima di sini adalah kasus terburuk dengan komplikasi," katanya. "Kadang-kadang, mereka yang kami rawat kembali ke rumah sakit setelah sakit lagi."
Sumber : Kompas TV/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.