AMSTERDAM, KOMPAS.TV - Seorang mantan mata-mata Rusia membuat pengakuan terkait apa yang dilakukannya sebagai informan dari Badan Keamanan Rusia (FSB).
Mikhail Sokolov, mantan mata-mata Rusia dipaksa untuk memata-matai koleganya sendiri di kelompok oposisi untuk Pemerintah Rusia selama beberapa tahun.
Sokolov yang tengah mencari suaka di Belanda mengungkapkan bagaimana ia direkrut sebagai informan oleh FSB.
Ia pun mengungkapkan bagaimana dirinya harus mengkhianati rekan-rekannya, dan bagaimana FSB ketakutan akan pergerakan CIA di Rusia.
Baca Juga: Pelaku Penusukan Massal yang Bunuh 10 Orang di Kanada Tewas, Alami Kecelakaan Saat Dikejar Polisi
“Jika kita percaya ucapan mereka, mereka benar-benar berpikir CIA mencoba memfasilitasi revolusi di Rusia dan Navalny adalah agen dari CIA,” kata Sokolov kepada CNN, merujuk pada Alexey Navalny, tokoh oposisi Rusia.
“Mereka (FSB) mengerahkan sejumlah besar sumber daya dan usaha untuk tak membiarkan revolusi terjadi di Rusia. Mereka mencari musuh dari luar negeri,” tambahnya.
Sokolv mengungkapkan FSB juga terobsesi mencari tahu siapa yang akan menjadi penerus Navalny sebagai pemimpin pergerakan oposisi Rusia.
Navalny saat ini tengah dipenjara, setelah sebelumnya diketahui berusaha dibunuh dengan diracuni, dan Rusia dituduh sebagai pelakunya.
Pengakuan Sokolov menjadi titik terang dari bagaimana agen rahasia Kremlin bekerja.
Sokolov mengungkapkan bahwa ia sebelumnya hanya mahasiswa berusia 19 tahun pada 2016, ketika ia terlibat dalam aktivitas politik dengan Partai Komunis Rusia, kelompok oposisi Rusia yang kini tengah disanksi Kremlin.
Namun, ketika terlibat aktivitas politik, ia menghindari wajib militer dan mengungkapkan bagaimana kemudian FSB menargetkan dirinya.
“Saya dihubungi untuk pertemuan dengan kepala kantor pendaftaran militer, di mana saya bertemu dengan petugas FSB,” ujarnya.
“Pertugas itu mengatakan mereka telah mengikuti saya dan memberikan dua pilihan. Setuju untuk bekerja sama, atau dipenjara dua tahun,” lanjutnya.
Sokolov mengatakan ia takut dipenjara, di mana dugaan terjadinya penyiksaan merebak, dan memutuskan untuk mengambil tawaran itu.
Pada 2017, Sokolob mulai bergabung sebagai sukarelawan pada kampanye anti-korupsi Navalny.
Ia pun menjadi staf organisasi pada 2021, dan berbagi informasi kunci dengan FSB.
Sokolov mengatakan terkadang kepentingan FSB tampak sejalan dengan dirinya.
“Di tingkat daerah mereka memang tertarik dengan pejabat korup,” tuturnya.
“Di tingkat nasional, mereka tertarik dengan siapa yang mendanai kampanye Navalny. Mereka memiliki teori, kami dibiayai CIA,” tambahnya.
Namun, ia mengatakan tak memiliki bukti pendanaan CIA selama bekerja dengan kampanye Navalny.
Navalny sendiri juga selalu dengan tegas menyangkal adanya hubungan dengan intelijen AS.
Baca Juga: Putin Disebut Salah Strategi, Diyakini Direndahkan China Hingga Beli Rudal ke Korea Utara
Saat Kremlin meningkatkan tindakan keras terhadap pembangkang, Sokolob dikirim ke bekas negara Uni Sovyet, Georgia untuk menyusup ke komunitas ekspatriat Rusia yang melarikan diri dari penindasan dan tengah tumbuh.,
Sokolov pun kembali mengungkapkan bahwa FSB khawatir CIA merekrut orang Rusia di Georgia.
Ia mengatakan dirinya tak pernah percaya apa yang FSB lakukan benar, dan pekerjaannya dengan mereka hadangan besar.
Tetapi ia tetap melakukan misinya selama lebih dari lima tahun.
Sumber : CNN
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.