Tim ilmuwan menggunakan indeks panas yang menaruh level “berbahaya” di angka 39,4 derajat Celsius. Sedangkan temperatur di atas 51 derajat Celsius dianggap “sangat berbahaya” dan sangat tidak aman bagi manusia.
Sejauh ini, Bumi telah memanas hampir 1,2 derajat Celsius. Tingkat komitmen pemangkasan emisi karbon yang dijanjikan banyak negara pun diperkirakan tidak memenuhi target 2 derajat Celsius per 2100.
Baca Juga: Setelah Eropa, Gelombang Panas Diprediksi akan Hampiri China, Makin Intens karena Krisis Iklim
Zeppetello dan kawan-kawan sendiri membuat analisis prediksi berdasarkan permodelan iklim dunia, proyeksi populasi manusia, serta menilik hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan emisi karbon.
Ilmuwan memperkirakan hanya ada kesempatan 0,1% dunia akan membatasi rata-rata kenaikan temperatur sebanyak 1,5 derajat Celsius per 2100. Per 2050, suhu rata-rata Bumi diperkirakan naik 1,8 derajat Celsius.
Pada 2100, menurut perkiraan tim ilmuwan itu, rata-rata kenaikan suhu global ada di angka 3 derajat Celsius. Kenaikan temperatur ini disebut Zeppetello “mengerikan” bagi banyak orang.
Terkait prediksi penelitiannya, Zeppeteloo menyatakan bahwa kejadiannya akan tergantung bagaimana umat manusia memangkas emisi.
“Kita tidak harus menuju dunia seperti itu. Tidak ada apa pun sekarang yang menjamin itu sebagai kemestian, tetapi orang-orang harus sadar betapa berbahayanya itu jika dibiarkan,” katanya.
Baca Juga: Eropa Alami Gelombang Panas, Wilayah Iran yang Kering justru Dilanda Banjir Bandang, 21 Tewas
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.