FRANKFURT, KOMPAS.TV - Gerimis mulai jatuh di Zeppelinalle 23, Frankfurt am Main, Jerman. Sigit Susanto hilir mudik di halaman depan Wisma Indonesia KJRI Frankfurt pagi itu. Rindangnya pepohonan tidak bisa menentramkan hatinya.
"Hanya pagi hujan, lepas siang akan cerah,“ tutur Agus Maulana Attabrani, Konsul Penerangan Sosial Budaya KJRI Frankfurt.
Di Swiss, guman Sigit, jika cuaca sudah tidak bersahabat, orang tidak akan keluar rumah. "Meskipun pada akhirnya terang juga cuacanya,“ katanya. "Tapi mereka sudah membatalkan rencana keluar rumah."
Tetapi Frankfurt bukan Zug. Jerman juga bukan Heidiland. Dan gerimis pagi itu jatuh tidak lebih dari seperempat jam. Menjelang lepas siang, tepat pukul 13.00, lebih nyaman mengenakan kaos oblong ketimbang lengan panjang. "Jangan gelisah, sore nanti terang benderang,“ kata Vanessa Gliszczynski, kurator Weltkulturen Museum Frankfurt.
Baca Juga: Wayang Kulit Berbahasa Jerman Mulai Pentas Swiss
Dua panggung mulai dibangun. Satu untuk kelompok gamelan Wacana Budaya. Sisanya untuk Sigit Susanto, dalang yang akan mementaskan wayang kulit open air dalam bahasa Jerman. Ya bahasa Jerman. "Suluknya saja tetap bahasa Jawa, tetapi dialognya semua bahasa Jerman," tegas Sigit Susanto.
Tidak mudah menampilkan wayang kulit dalam bahasa lokal. Vanessa sempat keluar keringat ketika menelusuri siapa dalang yang bisa bahasa Jerman. "Bukan sulit, tetapi sangat sulit. Di Jerman tidak ada sama sekali. Satu satunya pilihan ya ke Pak Sigit, impor dari Swiss,“ kata wanita yang fasih berbahasa Indonesia ini.
Kabar akan pentasnya wayang kulit dalam bahasa Jerman menarik perhatian koran nasional Jerman. Frankfurter Allgemeine Zeitung (FAZ), menulisnya. FAZ adalah koran mainstream bergengsi di Jerman.
Horst Guenter May rela datang ke Frankfurt untuk melihat penampilan Sigit Susanto, setelah membaca FAZ. "Banyak koleksi wayang kulit di Jerman, tapi live show sudah lama sekali, sudah puluhan tahun. Dan kali ini kan dalam bahasa Jerman. Jadi saya sempatkan ke sini, sambil menahan sakit di kaki,“ kata Horst.
Horst tidak duduk di tanah, sebagaimana penonton lainnya. "Saya tidak akan kuat duduk begitu,“ keluhnya. Vanessa cekatan mengambil kursi lipat dari kantornya. "Silakan duduk di sini,“ katanya.
Horst, yang semula berniat hanya menyaksikan satu pagelaran, akhirnya bertahan hingga dua lakon. "Artikulasi bahasa dalangnya jelas. Jadi saya bertahan sambil menahan sedikit sakit,“ katanya.
Satu jam menjelang live show, Sigit tidak terlihat di lokasi. Check sound head set sempat tertunda. Beberapa staf KJRI Frankfurt juga beberapa kali menanyakan di mana dalang kelahiran Bebengan, Boja, Kendal ini berada.
"Saya di pojok sana, menghapalkan dialog,“ katanya. KompasTV yang mendampingi Sigit dari Lucerne, Swiss, hingga Frankfurt, Jerman, sudah kebal dengan aksi penghapalan dialog yang dilakukannya.
Pada saat waktu memihak kepadanya, Sigit tampak berbicara sendirian. Di kereta, di kamar hotel, atau di sudut sudut taman kota Frankfurt.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.