SEOUL, KOMPAS.TV — Kakak perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengatakan negaranya tidak akan pernah menerima tawaran "bodoh" dari Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol tentang keuntungan ekonomi bagi Korea Utara sebagai imbalan atas langkah denuklirisasi, seperti laporan KCNA yang dilansir Associated Press, Jumat (19/8/2022).
Korea Utara menuduh Seoul mendaur ulang proposal yang selalu ditolak Pyongyang.
Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan media pemerintah Korea Utara, Jumat (19/8), Kim Yo Jong menekankan, negaranya tidak punya niat memberikan program senjata nuklir dan rudal balistiknya untuk kerja sama ekonomi.
"Tidak ada yang menukar takdirnya dengan kue jagung," sebutnya merujuk keuntungan ekonomi dari Korea Selatan sebagai imbalan denuklirisasi Korea Utara.
Dia mempertanyakan ketulusan seruan Korea Selatan untuk meningkatkan hubungan bilateral, sementara Korea Selatan sendiri melanjutkan latihan militer gabungannya dengan Amerika Serikat (AS). Korea Selatan juga disebutnya gagal menghentikan aktivis sipil menerbangkan selebaran propaganda anti-Pyongyang dan "limbah kotor" lainnya melintasi perbatasan mereka.
Dia juga mencemooh kemampuan militer Korea Selatan, dengan mengatakan Korea Selatan salah membaca lokasi peluncuran uji coba rudal terbaru Korea Utara pada Rabu, beberapa jam sebelum Yoon menggunakan konferensi pers untuk mendesak Pyongyang agar kembali berdiplomasi.
"Akan lebih baik bagi citranya untuk menutup mulutnya, daripada berbicara omong kosong karena tidak ada yang lebih baik untuk dikatakan," katanya tentang Yoon.
Kementerian Unifikasi Korea Selatan, yang menangani urusan antar-Korea, menyatakan "penyesalan yang kuat" atas komentar Kim Yo Jong, dan kantor Yoon meminta Pyongyang untuk "menahan diri" dan "memikirkan secara mendalam" tentang tawaran Seoul.
Baca Juga: Korea Selatan Tegaskan Tidak Berminat Bangun Senjata Nuklir Penangkal Hadapi Korea Utara
"Sikap dari Korea Utara ini tidak hanya akan mengancam perdamaian di Semenanjung Korea, tetapi juga mengakibatkan kesulitan lebih lanjut bagi Korea Utara dengan memperburuk isolasi internasional dan situasi ekonominya," kata juru bicara Kementerian Unifikasi, Lee Hyo-jung.
Kim Yo Jong pekan lalu mengancam pembalasan "mematikan" terhadap Selatan atas wabah Covid-19 di Korea Utara, yang diklaimnya disebabkan oleh selebaran dan benda-benda lain yang dijatuhkan dari balon yang diluncurkan oleh aktivis selatan.
Pada Senin, Yoon selama pidato yang disiarkan secara nasional pada Senin mengusulkan paket bantuan ekonomi "berani" ke Korea Utara jika negara tertutup itu mengambil langkah-langkah untuk meninggalkan program senjata nuklir dan rudal balistiknya.
Tawaran bantuan besar-besaran dalam makanan dan perawatan kesehatan dan modernisasi sistem pembangkit listrik, pelabuhan laut dan bandara tidak jauh berbeda dari proposal Korea Selatan sebelumnya yang ditolak oleh Korea Utara.
Alih-alih menerima tawaran itu, Kim Jong-un justru memperlaju program senjata nuklirnya yang dianggap sebagai satu-satunya instrumen bagi kemaslahatan Korea Utara.
Kim Yo Jong, salah satu pejabat paling berkuasa di pemerintahan saudara laki-lakinya yang mengawasi urusan antar-Korea, mengatakan Presiden Yoon menunjukkan "absurditas" pada tawarannya, dengan mengatakan tawaran itu tidak realistis karena menciptakan "ladang murbei di lautan biru gelap."
Baca Juga: Republik Donetsk yang Memerdekakan Diri dari Ukraina Desak Kerja Sama dengan Korea Utara
Yo Jong mengatakan kata-kata dan tindakan Korea Selatan hanya akan memicu "kebencian dan kemarahan yang meningkat" dari Korea Utara dan bersikeras Pyongyang tidak punya rencana segera untuk menghidupkan kembali diplomasi yang telah lama terhenti dengan Seoul.
"Ini adalah keinginan tulus kami untuk hidup tanpa kesadaran satu sama lain," katanya.
Hubungan antar-Korea memburuk di tengah kebuntuan dalam negosiasi nuklir yang lebih besar antara Korea Utara dan AS yang mandek tahun 2019 karena ketidaksepakatan atas pelonggaran sanksi melumpuhkan pimpinan AS terhadap Korea Utara dengan imbalan langkah-langkah pelucutan senjata.
Ada kekhawatiran bahwa ancaman Kim Yo Jong minggu lalu atas selebaran itu menandakan provokasi, yang kemungkinan termasuk uji coba nuklir atau rudal, atau bahkan pertempuran perbatasan.
AS dan Korea Selatan memulai pelatihan gabungan terbesar mereka minggu depan untuk melawan ancaman Korea Utara.
Korea Utara menggambarkan latihan semacam itu sebagai latihan invasi dan sering menanggapinya dengan uji coba rudal atau provokasi lainnya.
Selama konferensi pers pada Rabu, Yoon menyatakan harapan untuk dialog yang berarti dengan Korea Utara mengenai proposal bantuan untuk pelucutan senjata.
Baca Juga: WHO Yakini Covid-19 di Korea Utara Makin Parah, Minta Pyongyang Buka Akses Informasi
Yoon mengatakan pemerintahnya tidak punya rencana untuk mengejar penangkal nuklir sendiri dan tidak menginginkan perubahan politik di Pyongyang yang terjadi secara paksa.
Yoon berbicara beberapa jam setelah militer Korea Selatan mendeteksi Korea Utara menembakkan dua rudal jelajah yang dicurigai ke arah laut dan mengidentifikasi situs pantai barat Onchon sebagai lokasi peluncuran.
Kim Yo Jong dalam kolomnya mengatakan, senjata ditembakkan dari sebuah jembatan di kota Anju, utara Onchon dan lebih jauh ke pedalaman. Ia mengejek kemampuan Korea Selatan dan AS memantau aktivitas rudal Korea Utara.
Militer Korea Selatan belum merilis rincian penerbangan yang dianalisis dari rudal-rudal itu.
"Jika data dan lintasan penerbangan (rudal) diketahui, (Selatan) akan sangat bingung dan takut," kata Kim Yo Jong.
"Ini akan menjadi hal yang layak untuk dilihat bagaimana mereka akan menjelaskannya di depan rakyat mereka," imbuhnya.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.