SEOUL, KOMPAS.TV - Dengan menggunakan mangkuk plastik, Ha In-sik menyerok air dari apartemennya di lantai bawah di kawasan perumahan berpenghasilan rendah Sillim di barat daya Seoul hari Rabu (10/8/2022), di mana banjir akibat hujan deras memaksa keluarganya untuk tidur di taman terdekat.
Pria berusia 50 tahun itu, bersama istri dan putrinya, Ha mengumpulkan peralatan rumah tangga, perabotan, buku, dan bahkan peralatan makan, dan meletakkannya di luar untuk melihat apa yang bisa diselamatkan.
Adegan itu memiliki kesamaan dengan flat semi-basement yang terendam air limbah, yang digambarkan dalam film Korea Selatan pemenang Oscar 2020 Parasite, kisah kesenjangan sosial yang tumbuh di ekonomi terbesar keempat di Asia itu.
Banjir menyebabkan ketidaknyamanan dan kerugian moneter di bagian ibu kota yang lebih kaya, seperti lingkungan Gangnam yang mewah hanya beberapa kilometer jauhnya.
Namun di tempat-tempat seperti Sillim, banjir memusnahkan harapan kecil yang dipegang teguh oleh orang-orang yang putus asa seperti Ha agar dapat terus berjalan.
"Saya tidak punya uang, tidak ada apa-apa. Tetapi saya datang ke sini untuk tinggal di ruang bawah tanah ini, karena itu satu-satunya pilihan saya dan putri saya," kata Ha seperti dikutip Straits Times.
"Tetapi aku putus asa sekarang. Semuanya hilang, tidak ada bantuan dan aku bahkan tidak punya sendok untuk makan."
Baca Juga: Potret Banjir Parah Landa Seoul: Mobil-mobil Mewah Terendam, Sebagian Listrik Padam
Ha tidak sendirian dalam kesengsaraannya. Penduduk lain di Sillim menyerok air dengan mangkuk besar atau menyisir sisa-sisa air untuk melihat apa saja yang masih bisa digunakan.
Pada hari Senin, tiga anggota keluarga yang tinggal di lingkungan itu, termasuk seorang wanita dengan cacat perkembangan, tenggelam di apartemen mereka yang lebih rendah.
Presiden Yoon Suk-yeol mengunjungi Sillim sehari kemudian.
Pada hari Rabu, Yoon meminta maaf atas tragedi tersebut dan menyerukan langkah-langkah untuk meningkatkan keamanan perumahan untuk melindungi orang tua, orang miskin atau cacat dan keluarga, seperti Ha, yang rumahnya paling rentan terhadap banjir.
Sedikitnya 10 orang tewas akibat hujan deras yang melanda bagian utara negara itu sejak Senin, memutus aliran listrik, menyebabkan tanah longsor dan membanjiri jalan serta kereta bawah tanah.
Banjir minggu ini membawa hujan terberat dalam 115 tahun di Seoul, menurut Administrasi Meteorologi Korea.
Hari Rabu, menurut laporan, enam orang masih hilang dan 570 orang setidaknya kehilangan rumah, sementara 1.400 dievakuasi, sebagian besar di Seoul, kata Markas Besar Penanggulangan Bencana dan Keselamatan Pusat.
Baca Juga: Seoul Korea Selatan Dilanda Banjir Tewaskan 7 Orang, Pemerintah Beri Peringatan
Saat awan hujan bergerak ke selatan pada hari Rabu, upaya pemulihan mulai dilakukan, setidaknya di distrik-distrik yang lebih makmur.
Sementara sebagian besar Sillim tetap banjir, dan penduduk menyamakan kondisinya dengan "lumpur", di Gangnam, sebagian besar jalan telah dibersihkan dan lalu lintas kembali normal.
Ha mengatakan akan memakan waktu sekitar 10 hari untuk mengembalikan apartemennya ke titik di mana dia akan pindah kembali.
Dia mengatakan, satu-satunya bantuan yang ditawarkan pemerintah adalah untuk tempat penampungan sementara di gimnasium, yang dia tolak.
Seorang pejabat di kantor distrik Gwanak, yang meliputi Sillim, mengatakan upaya pemulihan bisa lebih lambat di sana karena konsentrasi apartemen kecil dan rumah-rumah yang berjajar di jalan-jalan sempit, tidak seperti Gangnam, yang memiliki jalan raya lebar dan gedung perkantoran.
Pejabat itu mengatakan jumlah tentara yang terlibat dalam pemulihan akan ditingkatkan dari 210 menjadi 500 personil pada hari Kamis.
"Kami melakukan upaya habis-habisan untuk membantu warga, membawa semua orang dari kantor, pasukan, dan sukarelawan kami," kata pejabat itu.
Sumber : Kompas TV/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.