JAKARTA, KOMPAS.TV- Maharaja Sir Bhupendra Sing Bahadur adalah seorang penguasa negara bagian Patiala, negara bagian terbesar di India.
Sang Maharaja bukan saja memerintah wilayah yang luas, namun juga memiliki kekayaan yang tak terhitung.
Dialah pemilik 20 Rolls Royce yang paling besar di dunia, 1.001 berlian biru dan putih yang memenuhi tubuhnya. Dia juga pemilik berlian De Beers, satu dari tujuh berlian terbesar di dunia.
Namun di balik kehormatan dan kemewahannya, sang maharaja pernah memiliki catatan kriminal buruk, namun ditutup rapat sampai dia meninggal.
Mengutip Majalah Intisari terbitan Maret 1976, sang Maharaja pernah terlibat dalam perkara kriminal dengan motif asmara yang terjadi pada 1919.
Yakni ketika sang Maharaja kepincut Dalip Kaur, perempuan yang baru saja menikah dengan Lall Singh. Lall Singh adalah saudara sepupu dari Menteri Dalam Negeri Gurnam Singh.
Baca Juga: Raja Salman Ubah Waktu Penggantian Kiswah Kakbah, dari Rutin 9 Zulhijah Kini Tiap 1 Muharam
Tak lama setelah menikah, sang Maharaja sering mengundang Dalip Kaur ke ruang pribadinya di istana.
Sejak pandangan pertama, sang Maharaja sudah jatuh cinta. Dia pun menjadi sering mengundang Dalip Kaur untuk berbagai urusan.
Lama-kelamaan, hasrat untuk memperistri Dalip Kaur semakin tak terbendung, meski sang Maharaja sudah memiliki istri dan sejumlah selir.
Tetapi, raja adalah penguasa yang tak boleh ditolak keinginannya. Biasanya, maharaja akan memberikan intan dan permata kepada suami yang istrinya akan "direbut".
Namun cara itu rupanya tak mempan bagi Lall Singh. Sebagai lelaki dia masih memiliki harga diri. Tak rela isterinya direbut begitu saja meski oleh sang maharaja terkaya di India.
Maharaja terus mencoba segala cara, termasuk mendekati sang Perdana Menteri, agar membujuk Lall Singh menceraikan istrinya.
Lall Sing yang masih pengantin baru itu menjawab bujukan sang perdana menteri, "Kalau kelak maharaja jatuh cinta kepada istri Anda, apakah Anda setuju untuk menceraikan istri Anda?"
Sang Perdana Menteri pun diam seribu bahasa.
Mentok dengan berbagai jalan, Maharaja pun benar-benar nekad menikahi Dalip Kaur meski masih berstatus istri Lall Singh.
Tapi Lall Singh tak tinggal diam. Dia melapor perilaku sang raja kepada pemerintah Inggris yang kala itu menjajah India dan Pakistan.
Maharaja tak ingin keburukannya terungkap. Salah satu cara yang dia tempuh adalah mendekati superintenden polisi bernama Patiala Nanak Singh.
Dalam obrolan singkat, Maharaja mengungkapkan maksudnya. Pendeknya, selama Lall Singh masih hidup, sang maharaja tidak tenang.
"Karena kedudukan Paduka yang mulia begitu tinggi, maka bahayanya juga sangat besar," kata Nanak Singh memberi saran.
Tapi sang Maharaja tak peduli. Nanak Singh pun tak bisa menolak. Akhirnya, keduanya sepakat untuk menyingkirkan Lall Singh.
Untuk melancarkan maksudnya, Maharaja meminta ajudannya mengambil buku ceknya dan memberikan 7.000 rupe kepada Nanak Singh dan dua pistol bagi calon pembunuh.
Dua calon pembunuh pun disiapkan: Ujagar Singh yang menjadi orang buangan dan Ghandur Singh yang tak lain sahabat Lall Singh.
Setelah rencana disusun, sang Maharaja terbang ke Eropa untuk menghadiri konferensi mengenai peperangan.
Sementara proses eksekusi terhadap lall Singh berjalan tanpa hambatan, sebab Ghandur Singh sudah mengenal calon korban.
Pada 28 Maret 1919 kira-kira pukul 9.00 malam, Ghandur menelepon Lall Singh untuk bertemu. Tanpa curiga, Lall Singh bersedia bertemu di taman milik Ghurnam Singh yang lebat ditumbuhi banyak pepohonan.
Di balik pepohonan yang gelap, kepala Lall Singh dipukul. Saat berontak, empat peluru bersarang di tubuhnya, dua di kepala dan dua di dada. Ghandur yang lama menjadi sahabat Lall Singh, malam itu jadi pengkhianat berdarah dingin.
Malam itu juga mayat Lall Singh dibawa ke sebuah desa di Kardar dan dibakar di tengah perjalanan.
Lall Singh sudah tersingkir, Dalip Kaur pun resmi menjadi seorang maharani.
Baca Juga: Duh, 30 Anak di India Divaksinasi dengan Satu Jarum Suntik, Petugas Mengaku Hanya Diberi Satu Jarum
Berita kehilangan Lall Singh segera menyebar. Nanak Singh sebagai kepala polisi mendapat laporan. Namun sebagai orang yang mengetahu peristiwa itu, dia tak banyak berbuat.
Sebaliknya, dia dipanggil oleh Perdana Menteri ke rumahnya dan diberi uang 50 ribu rupe dan kenaikan pangkat menjadi Inspektur Jenderal Polisi. Syaratnya, harus menulis laporan bahwa tidak ada keterlibatan sang Maharaja.
Kal ini, Nanak Singh rupanya menolak dengan alasan tidak ingin membuat kejahatan baru. Hubungan antara kepala polisi dan perdana menteri ini pun kemudian renggang.
Sementara itu, pemerintah Inggris langsung melakukan penyelidikan. Pada saat yang bersamaan, Maharaja pulang dari Eropa. Penyelidikan kasus ini dipimpin oleh Inspektur Jenderal Polisi Tara Chand.
Kasus memang terungkap. Para pembunuh berhasil dibawa ke pengadilan. Ghandur Singh sang eksekutor dan Nanak Singh sang perwira polisi dinyatakan bersalah dan dihukum seumur hidup.
Setelah 10 tahun berlalu, kasus ini mulai banyak dilupakan. Posisi wilayah Patiala makin memegang peran penting di India.
Pada 1926, Maharaja ditunjuk menjadi Ketua Dewan Pangeran-Pangeran di sana. Tak ada lagi yang mengingat urusan pembunuhan Lall Singh.
Sementara itu, Ghandur Singh dibebaskan. Namun Nanak Singh tetap mendekam di penjara.
Tapi pada 1929, bayangan mayat Lall Singh belum benar-benar sirna. Kali ini, dalam sidang Indian State People di Bombay, pada bagian salinan dari 10 saksi orang Patiala, menyebut keterlibatan Maharaja.
Dalam dokumen yang juga diserahkan kepada Viceroy (Gubernur Jenderal), bukan saja diungkap keterlibatan dalam pembunuhan Lall Singh, tetapi juga kejahatan-kejahatan lainnya.
Namun pada 30 Mei 1930, Maharaja menulis surat kepada Viceroy yang menyangkal semua keterlibatannya. Dia menyatakan telah difitnah.
Nasib Maharaja masih lebih baik, dia bahkan dipercaya oleh pemerintah Inggris di India untuk membentuk panitia penyelidikan.
Sialnya, Maharaja harus mengeluarkan banyak uang untuk menutup mulut orang-orang yang akan bersaksi dan membayar para pengacara.
Lalu bagaimana dengan Superintendan Polisi Nanak Singh yang menjadi saksi kunci?
Maharaja kembali memainkan kemampuannya. Dia mengatur agar Nanak Singh dibawa ke rumah sakit dan dari sana dia kabur menuju Amritsar agar tidak bersaksi di depan panitia penyelidikan. Untuk itu, Maharaja harus merogoh kocek hingga 50 ribu rupe.
Itulah sekelumit kisah tentang sang Maharaja dari India, yang membunuh demi merebut perempuan pujaan hati, membayar banyak orang demi menutupi semua kejahatannya.
Sumber : Kompas TV, majalan Intisari
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.