Di lain sisi, bakal lawan Lapid di pemilu mendatang, mantan PM Israel Benjamin Netanyahu, memiliki citra tegas karena memimpin negara itu dalam tiga dari empat perang melawan Hamas.
Tindakan pemerintahan Lapid yang menyerang Gaza dikhawatirkan akan memicu konflik lebih luas. Beberapa jam setelah serangan rudal, kelompok Jihad Islam menyerang balik Israel. Mereka mengeklaim menembakkan lebih dari 100 roket ke wilayah negara itu.
Salah satu korban tewas dalam serangan Israel adalah Taysir Al-Jabari, komandan Brigade Al-Quds, sayap militer dari Jihad Islam.
Sejauh ini, Hamas yang memimpin kelompok milisi terbesar di Gaza belum memutuskan keterlibatannya dalam konflik.
Associated Press melaporkan, Hamas diyakini menghadapi dilema mengenai keterlibatan itu. Pasalnya, perang 11 hari pada 2021 lalu masih menyisakan bekas yang belum bisa dipulihkan.
Sejak perang itu, hampir tidak ada rekonstruksi. Jalur Gaza pun masih menjadi kawasan miskin yang terisolasi, tingkat penganggurannya ada di sekitar 50 persen.
Setelah serangan rudal, Yair Lapid menegaskan tindakan itu diperlukan untuk mengatasi “ancaman nyata” dari Gaza.
“Pemerintahan ini punya kebijakan nol-toleransi untuk setiap upaya serangan, apa pun itu, dari Gaza ke teritori Israel. Israel tidak akan tinggal diam ketika ada yang ingin menyakiti warga sipil,” kata Lapid dalam pidato yang disiarkan televisi Israel, Jumat (5/8).
“Israel tidak tertarik pada konflik yang lebih luas di Gaza, tetapi tidak akan takut menghadapinya,” lanjutnya.
Baca Juga: Kesaksian Kerabat Gadis 5 Tahun yang Terbunuh Rudal Israel: Kami Lelah dengan Pendudukan Israel
Sumber : Kompas TV/Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.