“Ada laporan-laporan mengenai 100.000 sukarelawan Korea Utara disiapkan untuk dikirim dan ambil bagian dalam konflik ini,” ujarnya.
Pada program di saluran TV tersebut, pernyataan Korotchenko soal relawan itu sempat dipertanyakan karena Korea Utara mewajibkan seluruh rakyatnya patuh, jadi bagaimana mungkin kerelaan itu ada.
Namun, ia menegaskan warga Korea Utara kuat dan bukan penuntut. Menurut Korotchenko, yang paling penting adalah mereka termotivasi.
“Kita seharusnya tidak malu menerima uluran tangan Kim Jong-un,” ujarnya.
“Jika sukarelawan Korea Utara dengan sistem artileri mereka, banyaknya pengalaman dengan perang serangan balik dan sistem roket peluncuran ganda buatan Korea Utara, ingin berpartisipasi dalam konflik ini, mari kita beri lampu hijau untuk dorongan sukarela mereka,” tambahnya.
Korotchenko menegaskan, merupakan hak kedaulatan DPR dan LPR jika ingin membuat kesepakatan dengan Korea Utara.
Ikatan hubungan Rusia dan Korea Utara bisa ditarik mundur hingga 1948, ketika Uni Soviet menjadi negara pertama yang mengakui Korea Utara.
Baca Juga: Ukraina Semakin Yakin Putin Gunakan Tubuh Pengganti, Beberkan Temuan Ini
Uni Soviet juga mendukung Korea Utara ketika Perang Korea.
Hubungan kedua negara bahkan berlanjut hingga pembubaran Uni Soviet, khususnya dengan Putin setelah ia terpilih jadi Presiden Rusia pada 2000.
Kim Jong-un juga menerima undangan untuk mengunjungi Rusia pada 2015, dan keduanya bertemu di Vladivostok pada 2019.
Saat Putin melakukan invasi ke Ukraina pada 24 Februari, Korea Utara merupakan satu dari lima negara yang menentang resolusi PBB yang mengutuk invasi tersebut.
Sumber : Daily Mail
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.