KABUL, KOMPAS.TV - Pemimpin Al-Qaeda Ayman Al-Zawahiri tewas dalam serangan rudal yang diluncurkan dari drone nir-awak milik Amerika Serikat (AS) pada 31 Juli 2022.
Serangan yang berlangsung di kota Kabul, Ibu Kota Afghanistan itu, presisi mengenai al-Zawahiri tanpa membunuh keluarganya.
Bagaimana AS melakukan serangan itu dengan akurasi tinggi? Mengingat di masa lalu, Negeri Paman Sam menghadapi kritik atas banyaknya kesalah target yang menewaskan warga sipil.
Seperti dilaporkan BBC, salah satu kuncinya adalah keberhasilan inteljen dalam memantau bos besar Al Qaeda itu.
Melacak Kebiasaan
Lebih dari satu jam setelah matahari terbit di Kota Kabul pada 31 Juli 2022, Al-Zawahiri berjalan keluar menuju balkon di sebuah kompleks di pusat kota, sesuatu yang menjadi kegiatan favorit para jihadis selepas ibadah.
Itu adalah hal terakhir yang Zawahiri lakukan, sebelum dua buah rudal menghantam balkon, menewaskan peria 71 tahun itu, tetapi tidak dengan keluarganya.
Setelah serangan berlangsung, para pejabat AS mengatakan mereka memiliki cukup informasi untuk memahami "pola hidup" Zawahiri, termasuk kebiasaannnya di balkon.
BBC pada Rabu (3/8/2022) menyebut mata-mata AS telah mengawasi rumah itu selama berminggu-minggu, jika tidak berbulan-bulan.
"Anda membutuhkan sesuatu yang hampir pasti bahwa itu adalah individu yang tepat, dan itu juga harus dilakukan di lingkungan bebas jaminan, yang berarti tidak ada korban sipil," kata Marc Polymeropoulos, mantan pejabat senior CIA.
"Dibutuhkan banyak kesabaran," ujarnya.
Serangan Zawahiri, kata Polymeropoulos, merupakan buah dari pengalaman CIA selama puluhan tahun melacak tokoh-tokoh Al Qaeda dan target teroris lainnya.
"Kami luar biasa dalam hal ini. Itu adalah sesuatu yang pemerintah AS sangat berpengalaman selama lebih dari 20 tahun," ujarnya.
Akan tetapi, operasi semacam ini tidak selalu berjalan sesuai rencana.
Pada 29 Agustus 2021, serangan drone AS terhadap sebuah mobil di utara bandara Kabul, yang menargetkan cabang lokal kelompok Negara Islam, justru menewaskan 10 orang tak bersalah. Pentagon akhirnya mengakui bahwa ada "kesalahan tragis".
Baca Juga: Pemimpin Al-Qaeda Tewas: Arab Saudi Senang, Afghanistan Berang Anggap AS Khianati Perjanjian
Sementara itu, peneliti senior di Foundation for Defence of Democracies, Bill Roggio, mengatakan serangan terhadap Zawahiri jauh lebih sulit, mengingat sudah tak ada aset AS di Afghanistan selepas penarikan tentara mereka dari negara itu berdasar Perjanjian Doha.
Serangan drone di masa lalu terhadap Pakistan misalnya, diterbangkan dari Afghanistan, sementara serangan terhadap Suriah akan dilakukan dari wilayah persahabatan di Irak.
"[Di tempat-tempat itu] jauh lebih mudah bagi AS karena memiliki aset, tetapi serangan terhadap Zawahiri ini jauh lebih rumit," kata Roggio.
"Ini adalah serangan pertama terhadap Al Qaeda atau Negara Islam di Afghanistan sejak AS pergi. Ini bukan kejadian umum," ujarnya.
Baca Juga: Kronologi Tewasnya Ayman al-Zawahiri, Bos Al Qaeda yang Dituding Pembunuh Ribuan Umat Islam
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.