PARIS, KOMPAS.TV — Mona Lisa tetap tersenyum misterius dalam lukisan di Museum Louvre, Paris karena mendapat manfaat dari salah satu rahasia terbaik kota tersebut yaitu sistem pendingin bawah tanah.
Sistem pendingin bawah tanah itu membantu Louvre mengatasi panas terik yang memecahkan rekor suhu di seluruh Eropa, seperti disebutkan dalam laporan Associated Press, Minggu (31/7/2022).
Jaringan pipa "pendingin perkotaan" yang kurang dikenal itu tanpa mencurigakan mengular di bawah kaki warga Paris pada kedalaman hingga 30 meter.
Jaringan tersebut memompa air es melalui pipa labirin sepanjang 89 kilometer, yang digunakan untuk mendinginkan udara di lebih dari 700 lokasi di penjuru Paris.
Sistem yang menggunakan listrik yang dihasilkan oleh sumber terbarukan itu adalah yang terbesar di Eropa, dan berbunyi sepanjang waktu dengan suara berisik luar biasa yang sama sekali tidak terdengar di atas tanah.
Balai Kota Paris kini menandatangani kontrak ambisius untuk melipatgandakan ukuran jaringan pada tahun 2042 menjadi 252 kilometer.
Itu akan menjadikannya sistem pendingin perkotaan terbesar di dunia.
Kontrak baru tersebut dimaksudkan untuk membantu kota beradaptasi dan memerangi ancaman pemanasan global.
Suhu di banyak bagian Eropa menembus 40 derajat Celcius pada bulan Juli.
Baca Juga: Eropa Alami Gelombang Panas, Wilayah Iran yang Kering justru Dilanda Banjir Bandang, 21 Tewas
Kota ini memperluas jaringan pendingin ke rumah sakit, sekolah dan stasiun metro selama dua dekade ke depan.
Tidak jelas berapa banyak sistem yang akan beroperasi pada saat Olimpiade Paris pada 2024, tetapi ada kemungkinan sistem tersebut akan digunakan di beberapa lokasi Olimpiade.
Tanpa diketahui jutaan turis, perpipaan saat ini mendinginkan situs-situs paling ikonik di Kota Cahaya, seperti Louvre dan Museum Quai Branly.
Bahkan mungkin membantu mendinginkan amarah anggota parlemen yang gelisah karena digunakan untuk menurunkan suhu di Majelis Nasional.
Skema ini dioperasikan oleh perusahaan patungan Fraicheur de Paris, 85 persen dimiliki perusahaan energi negara Prancis, EDF, dan sisanya oleh operator transportasi umum, RATP.
Para pejabat perusahaan itu mengeklaim manfaatnya dapat dirasakan di seluruh ibu kota Prancis tersebut.
"Jika semua bangunan (Paris) dilengkapi dengan instalasi otonom (seperti AC), secara bertahap akan menciptakan efek 'pulau panas' perkotaan yang sangat signifikan," kata Maggie Schelfhaut dari Fraicheur de Paris.
Ia mengacu pada peningkatan panas yang terjadi di kota-kota karena lebih sedikit vegetasi, yang mendinginkan, dan lebih banyak infrastruktur perkotaan, yang menyerap sinar matahari.
Baca Juga: Setelah Eropa, Gelombang Panas Diprediksi akan Hampiri China, Makin Intens karena Krisis Iklim
Tetapi Schelfhaut mengatakan jaringan pipa dapat membuat seluruh Paris satu derajat Celcius lebih dingin daripada jika instalasi otonom dipasang di seluruh kota.
"Satu derajat Celcius lebih rendah di pusat kota itu banyak," tambahnya.
Tiga dari 10 situs pendingin berteknologi tinggi terletak di sungai Seine dan diakses oleh tangga spiral yang dapat ditarik, yang nyaris tidak terlihat dari permukaan jalan, dalam sesuatu yang menyerupai sarang "kura-kura".
Ketika air Seine cukup dingin, mesin menangkapnya dan menggunakannya untuk mendinginkan sistem udara.
Panas yang dihasilkan sebagai efek samping, dikirim kembali ke Seine untuk diserap. Air dingin kemudian dipompa melalui sistem perpipaan ke 730 kliennya di Paris.
Situs pendingin Paris semuanya menggunakan sumber energi terbarukan seperti turbin angin dan panel surya.
Baca Juga: Gelombang Panas Eropa: Puluhan Ribu Hektare La8han Terbakar, Korban Jiwa Berjatuhan
Para pejabat Prancis melihat kemandirian energi ini sangat penting mengingat ancaman Rusia yang akan memutus pasokan energi ke Eropa.
Perusahaan energi Rusia, Gazprom, Rabu (27/7/2022), memangkas jumlah gas alam yang mengalir melalui pipa utama dari Rusia ke Eropa menjadi 20 persen dari kapasitasnya.
Negara-negara Eropa bergegas mencari alternatif di tengah kekhawatiran bahwa Rusia dapat sepenuhnya menghentikan ekspor gas, yang digunakan untuk industri, menghasilkan listrik, dan mendinginkan rumah, untuk mencoba mendapatkan pengaruh politik atas Uni Eropa.
Manfaat menggunakan sistem pendingin yang menggunakan energi terbarukan untuk beroperasi, sudah dirasakan oleh berbagai lokasi yang menggunakannya.
Museum yang paling banyak dikunjungi di dunia, Louvre, mendapat manfaat dari jaringan tersebut sejak 1990-an, membuat para pejabat bangga akan keunggulan ekologi, ekonomi, dan konservasi seninya.
"Ini memungkinkan kita untuk mendapatkan keuntungan dari energi dengan jejak karbon yang lebih rendah tersedia sepanjang tahun," kata Direktur Warisan Louvre, Laurent Le Guedart.
"Keistimewaan Museum Louvre adalah perlu menggunakan air es untuk melestarikan karya seni dengan benar dan untuk mengontrol kelembapan."
Baca Juga: Gelombang Panas Eropa: Puluhan Ribu Hektare Lahan Terbakar, Korban Jiwa Berjatuhan
Louvre tidak menggunakan AC dan para pejabat mengatakan pendinginan juga membuat mereka mendapatkan ruang lantai yang sangat dibutuhkan di bekas istana yang luas namun sempit yang merupakan rumah bagi 550.000 karya seni itu.
Le Guedart mengatakan sistem ini adalah penghemat uang mengingat meningkatnya biaya energi terkait dengan konflik Ukraina.
Ini beroperasi terutama di Ruang Negara Pavillon Denon, tempat lukisan Mona Lisa tinggal.
Mungkin itu sebabnya butiran keringat tidak pernah menetes ke alis yang dilukis oleh Leonardo da Vinci itu.
"Tagihan energi Louvre sekitar 10 juta euro per tahun pada 2021. Kami berusaha mengendalikan tagihan ini sebanyak mungkin, di tengah fluktuasi dan kenaikan biaya energi yang nyata," kata Le Guedart.
Sistem ini dapat menghemat jutaan euro dengan meredam kejutan saat Rusia terus mengguncang pasar energi.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.