Surawat mengatakan pasta gigi ganja membantu perawatan gusi dan satu pelanggan yang puas mengatakan itu berhasil untuknya.
Baca Juga: Sejumlah Negara Legalkan Pemanfaatan Ganja untuk Medis, Mengapa Indonesia Tidak?
"Gusi saya surut dan kadang-kadang terinfeksi," kata Nikom Rianthong yang menggunakan pasta gigi ganja selama dua bulan.
"Ini memecahkan masalah saya," ujarnya sumringah, menambahkan dia tidak akan pernah kembali ke merek dan produk pasta gigi lain.
Pemilik toko makanan dan kue serta kudapan Kanomsiam, Mr Kreephet Hanpongpipat sudah lama menjual hidangan rasa daun pandan tetapi setahun yang lalu memasukkan teh susu daun ganja atau teh ganja susu untuk menarik pelanggan baru.
Kreephet mengatakan pelanggannya bertutur makanan penutup yang mengandung ganja membantu mereka tidur nyenyak.
Menteri Kesehatan Anutin Charnvirakul, pendorong utama di balik legalisasi ganja untuk tujuan medis, memperkirakan industri ini bisa bernilai lebih dari 3 miliar dollar AS (setara Rp45 Trilun) dalam waktu lima tahun ke depan.
Baca Juga: PBB: Konsumsi Ganja Meningkat akibat Pandemi Covid-19
"Saya ingin melihat orang menjadi kaya dengan mengkreasikan produk ini dengan cara yang positif," katanya seperti dikutip Straits Times.
"Kebijakan saya tentang ganja hanya berfokus pada tujuan medis dan perawatan kesehatan. Itu saja. Kami tidak dapat mendorong penggunaan ganja dengan cara lain."
Produsen ganja kaya THC memanfaatkan dorongan untuk mempromosikan ganja medis, dan kios-kios yang menjual ganja bermunculan di seluruh negeri.
Anutin mengatakan ada undang-undang kesehatan masyarakat yang dapat mencegah penggunaan ganja untuk rekreasi sementara RUU ganja sedang dibahas di Parlemen.
Kreephet mengatakan perlu ada lebih banyak pendidikan publik tentang manfaat dan bahaya ganja sehingga dapat digunakan dengan aman.
Sumber : Kompas TV/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.