KAIRO, KOMPAS.TV - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov membela diri saat bertemu dengan Duta Besar Liga Arab di Kairo, Mesir, Minggu (24/7/2022).
Pada pidatonya, Lavrov membantah Rusia menjadi penyebab krisis pangan global.
Lavrov mengatakan negara-negara Barat telah mendistorsi kebenaran tentang dampak sanksi tehadap keamanan pangan global.
Ia menuduh negara-negara Barat mencoba memaksakan dominasi mereka atas orang lain.
Baca Juga: Delegasi Kongres AS Kunjungi Ukraina, Janjikan Dukungan Persisten untuk Kiev, Lebih Banyak Roket?
Sebagian besar dunia Arab dan Afrika memang terpengaruh oleh kekurangan biji-bijian yang disebabkan oleh perang Rusia di Ukraina.
Rusia dituduh telah melakukan blokade di Laut Hitam, sehingga menyebabkan ekspor gandum Ukraina terhambat.
Namun Lavrov mengungkapkan agresivitas negara Barat dalam memberikan saksi ke Rusia mengindikasikan satu kesimpulan.
“Ini bukan mengenai Ukraina, ini mengenai masa depan dari tatanan dunia,” ujarnya dikutip dari BBC.
“Mereka mengatakan semua orang harus mendukung tatanan dunia berbasis aturan, dan aturan itu ditulis tergantung pada situasi spesifik apa yang ingin diselesaikan Barat demi kepentingannya sendiri,” kata Lavrov.
Pernyataan Lavrov tersebut muncul setelah Rusia melakukan serangan ke pelabuhan Odessa, Sabtu (24/7/2022) pagi waktu setempat.
Padahal Rusia dan Ukraina baru saja menandatangani kesepakatan untuk melanjutkan ekspor gandum Ukraina, Jumat (23/7/2022).
Pada salah satu kesepakatannya, Rusia dilarang menyerang pelabuhan saat pengiriman gandum sedang transit.
Rusia sendiri berdalih serangan mereka ditujukan kepada pengiriman senjata dari AS di pelabuhan tersebut.
Baca Juga: Rusia Klaim Serang Pelabuhan Odessa dengan Rudal, Hantam Kapal Perang dan Gudang Rudal Harpoon AS
Lavrov sendiri sebelumnya sudah melakukan pembicaraan dengan Menlu Mesir, Sameh Shoukry.
Mesir sendiri memiliki hubungan dekat dengan Rusia, karena negara Vladimir Putin itu memasok gandum, senjata, serta sebagian besar turis sebelum invasi ke Ukraina terjadi.
Lavrov sendiri dilaporkan akan melakukan kunjungan ke tiga negara Afrika lainnya untuk menggalang dukungan meski menerima kemarahan karena perang.
Ketiga negara itu adalah Ethiopia, Uganda dan Kongo-Brazzaville.
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.