ZAGREB, KOMPAS.TV - Tensi diplomatik memanas antara Serbia dan Kroasia, dua negara rival di kawasan Balkan, belakangan ini. Penyebabnya adalah Beograd tak mengomunikasikan rencana kunjungan Presiden Serbia Aleksandar Vucic ke sebuah monumen Perang Dunia Kedua di Kroasia.
Menurut laporan Associated Press, Minggu (17/7/2022), Zagreb pun tak mau mengizinkan kunjungan tersebut karena tak ada pemberitahuan. Sikap Kroasia ini disambut Beograd dengan kemarahan.
Sebelumnya, Vucic berencana menggelar kunjungan privat ke kamp konsentrasi Jasenovac di Kroasia. Pada Perang Dunia Kedua, kamp ini menjadi tempat puluhan ribu etnis Serb dibantai otoritas pro-Nazi di Kroasia.
Baca Juga: 24 Staf Kedubes Rusia Diusir Kroasia, Gegara Invasi ke Ukraina
Zagreb mengaku mengetahui rencana kunjungan Vucic itu melalui “saluran tak resmi.” Menteri Luar Negeri Kroasia Gordan Grlic Radman menyebut ketiadaan pemberitahuan resmi dari Serbia “tidak bisa diterima.”
“Kementerian Luar Negeri (Kroasia) ingin menegaskan bahwa rencana kunjungan apa pun dari pejabat asing, baik waktunya, sifatnya, serta programnya harus menjadi bahasan komunikasi resmi dan melalui persetujuan dari kedua pihak,” kata Grlic Radman.
“Ini bukan kunjungan ke tempat wisata tepi pantai. Presiden sebuah negara adalah individu yang harus dilindungi,” lanjutnya.
Di lain pihak, pemerintah Serbia tak terima dengan sikap Zagreb dan menyebutnya “memalukan.”
Menteri Dalam Negeri Sebia Aleksandar Vulin bahkan menyatakan bahwa, mulai sekarang, semua pejabat Kroasia harus mengumumkan setiap kunjungan atau transit ke Serbia.
Ia menyebut para pejabat Zagreb harus diperlakukan dengan “aturan kontrol yang khusus”, tetapi tidak menjelaskan apa yang dimaksudnya dengan istilah tersebut.
“Ini adalah kebijakan yang anti-Eropa dan anti-peradaban dan pelanggaran brutal kebebasan bergerak,” kata Perdana Menteri Serbia Ana Branabic.
“Saya tidak tahu akan seperti apa hubungan kami di kemudian hari. Ini (kebijakan Kroasia) mengirimkan pesan yang mengerikan,” lanjutnya.
Baca Juga: Turis Serbia Ditangkap di Yunani, Ternyata Buron Penjahat Perang Yugoslavia
Hubungan Serbia dan Kroasia sendiri sudah tegang sejak pecahnya Yugoslavia. Dalam Perang Kemerdekaan Kroasia (1991-95), otoritas Zagreb memerangi milisi Serb yang disokong Serbia.
Serbia dan Kroasia sendiri telah berjanji untuk menyelesaikan sisa-sisa masalah yang berakar dari perang tersebut. Namun, tak jarang terjadi perselisihan diplomatik antara duo Balkan ini.
Beograd berulang kali menuduh Kroasia tidak berbuat cukup untuk mengakui perannya yang pro-Nazi selama Perang Dunia Kedua. Sebaliknya, Zagreb menuduh Serbia sebatas menunggangi isu politik dalam negerinya dan menolak mengakui peran mereka selama Perang Kemerdekaan Kroasia.
Grlic Radman sendiri menuduh bahwa kunjungan Vucic “tidak tulus” dan sebatas “provokasi.”
“Itu (rencana kunjungan Vucic) tidaklah tentang menghormati para korban (di kamp Jasenovac),” katanya.
Presiden Vucic, mantan ultranasionalis yang mendukung pemberontakan Serb di Kroasia pada 1990-an, menjadwalkan konferensi pers untuk menjawab isu ini pada Senin (18/7).
Pada Minggu (17/7), ia merespons dengan mengunggah foto monumen Jasenovac di Instagram disertai catatan yang menyerang Kroasia.
“Kamu (Kroasia) kerjakanlah tugasmu! Rakyat Serbia akan terus hidup dan tak akan pernah lupa!” tulis Vucic.
Baca Juga: Presiden Serbia: Perang Dunia Sudah Terjadi di Ukraina, Barat Lawan Rusia Lewat Tentara Ukraina
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.