BALI, KOMPAS.TV — Para pejabat tinggi keuangan setingkat menteri Kelompok negara kaya dan berkembang G20 bertemu di Pulau Bali, Indonesia, Jumat (15/7/2022), untuk menyusun strategi mengatasi dampak ekonomi dari perang di Ukraina, inflasi, dan krisis global lainnya.
Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati membuka pertemuan dua hari dengan mendesak sesama menteri keuangan, kepala bank sentral dan pemimpin lainnya untuk menemukan cara untuk "membangun jembatan, bukan tembok."
Dia mengatakan konsekuensi dari kegagalan, terutama bagi negara-negara yang kurang kaya, akan menjadi "bencana".
"Jutaan dan jutaan, jika tidak miliaran orang bergantung pada kita," kata Sri Mulyani.
Pertemuan di Nusa Dua Bali mengikuti pertemuan para menteri luar negeri di sana awal bulan ini yang gagal menemukan titik temu atas perang Rusia di Ukraina dan dampak globalnya.
Pada pertemuan keuangan G-20 di Washington, D.C. bulan April, pejabat dari AS, Inggris, Prancis, Kanada dan Ukraina berjalan keluar untuk memprotes kehadiran utusan Rusia.
Pertemuan itu berakhir tanpa keluarnya pernyataan bersama.
Baca Juga: Puncak Acara Presidensi G20 di Bali, Dana Perantara Keuangan Terkumpul 1,1 Miliar Dolar Amerika!
Namun, pertemuan keuangan G-20 memiliki keuntungan karena sifatnya yang kurang politis, kata Sri Mulyani.
Indonesia, sebagai tuan rumah, mencoba bertindak sebagai "perantara yang jujur," katanya, menyatukan Timur dan Barat yang terbagi dalam G-20, perpecahan yang semakin tajam sejak Rusia menginvasi Ukraina pada akhir Februari.
Tidak ada "buku pedoman" untuk bagaimana menemukan kesepakatan mengingat ketegangan perang yang belum pernah terjadi sebelumnya, kata Sri Mulyani.
Para pemimpin keuangan sedang mencari cara untuk mengoordinasikan bagaimana mereka menavigasi ekonomi mereka melalui inflasi yang berjalan pada level tertinggi dalam 40 tahun terakhir, membuka rantai pasokan dan kemacetan akibat pandemi virus corona, dan memperkuat sistem keuangan terhadap risiko di masa depan.
G20 berhasil menjembatani perbedaan dalam menghadapi krisis keuangan global 2008 dan pandemi, kata Indrawati.
"Tindakan yang kita ambil akan memiliki efek sangat penting bagi dunia," katanya.
Baca Juga: Pertemuan G20, Sri Mulyani Soroti Keberhasilan Pengumpulan Dana untuk Mitigasi Pandemi
Salah satu tujuan utama Menteri Keuangan AS Janet Yellen dan beberapa pejabat keuangan Barat lainnya adalah mendapatkan kesepakatan untuk menetapkan batas harga minyak Rusia yang mungkin membantu mengendalikan biaya energi dan mengurangi inflasi tinggi selama beberapa dekade yang terlihat di banyak negara, sementara juga membatasi akses pendapatan Rusia untuk mendanai upaya perangnya.
"Pembatasan harga minyak Rusia adalah salah satu alat kami yang paling ampuh untuk mengatasi rasa sakit yang dirasakan orang Amerika dan keluarga di seluruh dunia di pompa bensin dan toko kelontong saat ini, batasan harga minyak Rusia," kata Yellen di Bali, Kamis (14/7), yang ditayangkan secara online.
Yellen mengatakan belum ada harga yang ditentukan untuk batasan seperti itu, tetapi levelnya harus "yang jelas memberi Rusia insentif untuk terus berproduksi, yang akan membuat produksi menguntungkan bagi Rusia."
Yellen berharap negara-negara seperti China dan India yang baru-baru ini meningkatkan impor minyak mentah Rusia, yang dijual dengan diskon besar-besaran, akan melihatnya sebagai kepentingan mereka sendiri untuk tunduk pada batas harga yang didesak AS.
Baca Juga: Janet Yellen Puji Kepemimpinan Sri Mulyani di Pertemuan Menkeu G20
Tanpa batas harga, Uni Eropa dan mungkin larangan AS dalam menyediakan asuransi dan layanan keuangan lainnya akan berlaku.
"Jadi, kami mengusulkan pengecualian yang memungkinkan Rusia untuk mengekspor selama harganya tidak melebihi tingkat yang belum ditentukan," kata Yellen.
Yellen tidak mengungkap apakah dia akan keluar dari pertemuan tertutup selama pidato perwakilan Rusia berlangsung dalam pertemuan itu.
Tetapi, Yellen menegaskan, pertemuan itu tidak bisa menjadi "bisnis seperti biasa sehubungan dengan partisipasi Rusia pada pertemuan-pertemuan ini."
Baca Juga: Menkeu AS Desak G20 Sepakati Harga Acuan Minyak Rusia
Pada pertemuan minggu lalu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov hadir di ruangan yang sama pada waktu yang sama untuk pertama kalinya sejak perang Ukraina dimulai tetapi mereka saling cuek satu sama lain.
Lavrov keluar dari persidangan setidaknya dua kali: sekali ketika mitranya dari Jerman Annalena Baerbock berbicara pada sesi pembukaan, dan sekali lagi tepat sebelum Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba berbicara melalui video pada sesi kedua, menurut seorang diplomat Barat yang hadir.
Terjebak sebagai tuan rumah, Indonesia mendesak para pejabat dari semua pihak untuk mengatasi ketidakpercayaan demi sebuah planet yang menghadapi berbagai tantangan mulai dari virus corona hingga perubahan iklim hingga Ukraina.
Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang menghadapi kelangkaan dan kenaikan harga bahan bakar dan biji-bijian akibat perang dan dikatakan bahwa G20 punya tanggung jawab meningkatkan dan memastikan tatanan global berbasis aturan tetap relevan.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.