TEHERAN, KOMPAS.TV - Iran hari Minggu, (10/7/2022) mengumumkan dimulainya proses memperkaya uranium hingga 20 persen menggunakan sentrifugal canggih di pembangkit nuklir bawah tanah Fordo, seperti dilaporkan TV pemerintah Iran yang dikutip Associated Press, Minggu, (10/7/2022).
Keputusan Iran itu menjadi eskalasi terbaru tengah kebuntuan dengan Barat atas kesepakatan nuklir mereka yang kini berantakan dan perundingan terbaru mereka tidak membuahkan hasil.
Bahwa Teheran memperkaya uranium hingga kemurnian 20 persen, sebuah langkah teknis dari tingkat tingkat senjata sebesar 90 persen, dengan satu set sentrifugal paling canggih di fasilitas jauh di dalam gunung memberikan pukulan lain bagi peluang yang sudah tipis untuk menghidupkan kembali kesepakatan.
Behrouz Kamalvandi, juru bicara Organisasi Energi Atom Iran, mengatakan uranium yang diperkaya hingga 20 persen dikumpulkan untuk pertama kalinya dari sentrifugal IR-6 canggih pada hari Sabtu. Dia mengatakan Iran telah memberi tahu pengawas nuklir PBB tentang perkembangan itu dua minggu lalu.
Sentrifugal digunakan untuk memutar uranium yang diperkaya ke tingkat kemurnian yang lebih tinggi. Perjanjian nuklir Teheran 2015 dengan kekuatan dunia meminta fasilitas nuklir Fordo untuk menjadi fasilitas penelitian dan pengembangan serta membatasi sentrifugal di sana untuk penggunaan non-nuklir.
Iran sebelumnya mengatakan kepada IAEA bahwa mereka sedang bersiap untuk memperkaya uranium melalui rangkaian baru 166 sentrifugal IR-6 canggih di fasilitas Fordo bawah tanahnya. Tapi itu tidak mengungkapkan tingkat di mana kaskade akan memperkaya.
Baca Juga: Teheran Tak Dapat Keringanan Sanksi, Perundingan Nuklir Iran dan AS di Qatar Berakhir tanpa Kemajuan
Badan Energi Atom Internasional IAEA yang merupakan pengawas nuklir PBB, mengatakan kepada The Associated Press mereka telah memverifikasi pada hari Sabtu bahwa Iran menggunakan pengaturan yang memungkinkannya untuk lebih cepat dan mudah beralih di antara tingkat pengayaan.
Dalam sebuah laporan kepada negara-negara anggota, Direktur Jenderal Rafael Grossi menggambarkan sistem "sub-header yang dimodifikasi," yang katanya memungkinkan Iran untuk menyuntikkan gas yang diperkaya hingga 5 persen kemurnian ke dalam rangkaian 166 sentrifugal IR-6 untuk tujuan produksi uranium diperkaya hingga 20 persen kemurnian.
Iran tidak mengomentari temuan IAEA terbaru.
Pembicaraan nuklir terhenti selama berbulan-bulan. Utusan khusus AS untuk Iran, Robert Malley, menggambarkan putaran terakhir negosiasi di Qatar sebagai “lebih dari sedikit kesempatan yang sia-sia.”
IAEA melaporkan bulan lalu bahwa Iran memiliki 43 kilogram uranium yang diperkaya dengan kemurnian 60 persen, sebuah langkah singkat menuju 90 persen kemurnian uranium untuk penggunaan pada senjata nuklir. Pakar nonproliferasi memperingatkan bahwa cukup bahan fisil untuk satu senjata nuklir jika Iran memilih untuk mengejarnya.
Namun, Iran masih perlu merancang bom dan sistem pengirimannya, kemungkinan akan memakan waktu selama berbulan-bulan.
Baca Juga: Israel Ancam Serang Fasilitas Nuklir Iran: Kami Memiliki Kemampuan yang Tak Terbayangkan
Iran menegaskan programnya adalah untuk tujuan damai, meskipun para ahli PBB dan badan-badan intelijen Barat mengatakan Iran memiliki program nuklir militer terorganisir sampai tahun 2003.
Meningkatnya aktivitas nuklir Iran menimbulkan kekhawatiran dengan transparansi Iran yang berkurang dengan cepat. Bulan lalu Iran mematikan lebih dari dua lusin kamera pemantau IAEA dari berbagai situs terkait nuklir di seluruh negeri.
Mantan Presiden Donald Trump meninggalkan kesepakatan nuklir pada 2018 dan memberlakukan kembali sanksi keras terhadap Teheran, memicu serangkaian insiden tegang di Timur Tengah yang lebih luas. Iran merespons dengan meningkatkan aktivitas nuklirnya secara besar-besaran, meningkatkan persediaan uranium yang sangat diperkaya dan memutar sentrifugal canggih yang dilarang oleh perjanjian itu.
Musuh Iran, Israel, telah lama menentang perjanjian nuklir itu, dengan mengatakan tindakan itu menunda kemajuan nuklir Iran dan berpendapat pencabutan sanksi akan memberdayakan milisi proksi Teheran di seluruh wilayah.
Pada hari Minggu, Perdana Menteri Israel Yair Lapid meminta PBB memberlakukan kembali sanksi multilateral terhadap Iran, sebuah usulan yang mendapat tentangan keras ketika didorong oleh pemerintahan Trump.
“Tanggapan masyarakat internasional harus tegas, untuk kembali ke Dewan Keamanan PBB dan mengaktifkan mekanisme sanksi dengan kekuatan penuh,” kata Lapid, yang menjabat sebagai perdana menteri sementara Israel kepada Kabinetnya. “Israel, pada bagiannya, mempertahankan kebebasan penuh untuk bertindak, secara diplomatis dan operasional, dalam perang melawan program nuklir Iran ini.”
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.