TOKYO, KOMPAS.TV - Kabar pembunuhan eks Perdana Menteri Shinzo Abe dengan cara ditembak mati mengejutkan seantero Jepang dan seluruh dunia pada Jumat (8/7/2022).
Salah satu alasannya adalah pembunuhan pada siang bolong ini terjadi di negara dengan kontrol senjata ketat serta punya tingkat kriminalitas relatif rendah.
Shinzo Abe, perdana menteri dengan masa jabatan terlama dalam sejarah modern Jepang, ditembak mati ketika berkampanye di Nara, sekitar 500 kilometer di barat Tokyo. Politikus 67 tahun itu diserang ketika tengah berkampanye untuk partainya.
Jepang sendiri memiliki sangat sedikit kasus kekerasan yang melibatkan senjata api. Per 2021, hanya ada 10 kasus kriminalitas terkait senjata api dengan korban satu tewas dan empat terluka. Delapan dari kesemua kasus ini terkait aktivitas geng.
Ibu kota Tokyo bahkan tidak mencatatkan kekerasan senjata api sama sekali sepanjang 2021. Namun, sebanyak 61 senjata api disita otoritas setempat di sana.
Walaupun universitas-universitas besar di Jepang punya klub senapan dan polisinya bersenjata api, kebanyakan warganya hidup tanpa pernah melihat senjata api betulan.
Baca Juga: Presiden Jokowi Ikut Berduka Atas Meninggalnya Mantan PM Jepang Shinzo Abe
Penusukan adalah tindak kriminal fatal yang lebih umum di Jepang. Menilik kondisi tersebut, debat mengenai hak memiliki senjata api bagi warga sipil sudah usang di negara itu selama berdekade-dekade.
“Warga Jepang dalam kondisi terkejut (akibat pembunuhan Abe),” kata profesor di Sekolah Manajemen Risiko Universitas Nihon Tokyo, Shiro Kawamoto, kepada Associated Press.
Kawamoto melanjutkan, acara kampanye yang dihadiri Abe dihadiri terlalu banyak orang. Sehingga, pengamanan sang politikus menjadi tantangan tersendiri.
“Ini terjadi sebagai peringatan bahwa kekerasan senjata api dapat terjadi di Jepang, dan keamanan untuk perlindungan politikus Jepang mesti ditinjau ulang. Berasumsi bahwa serangan seperti ini tidak akan terjadi adalah kesalahan besar,” sambung Kawamoto.
Di lain sisi, laporan bahwa senjata yang digunakan pelaku adalah senjata rakitan memperumit situasi. Pasalnya, pelaku tidak mendapatkan senjata api secara legal yang diatur undang-undang kontrol senjata api Jepang.
Baca Juga: Shinzo Abe Bukan Satu-satunya Eks PM Jepang yang Tewas Ditembak, Ini Politisi yang Pernah Diserang
Shinzo Abe sendiri disebut dikawal dengan penjagaan yang relatif longgar. Serangan seperti demikian terhitung luar biasa di Jepang. Sehingga, bagi politikus bahkan hingga tingkat perdana menteri, pengamanan yang relatif longgar telah menjadi kebiasaan.
Sebelum Abe, insiden penembakan paling terkenal terjadi pada 2019. Waktu itu, seorang bekas anggota geng ditembak di sebuah tempat karaoke di Tokyo.
Hukum Jepang mengatur bahwa kepemilikan senjata api, juga jenis pisau dan senjata tertentu seperti busur panah, ilegal tanpa izin khusus. Impor senjata-senjata itu pun ilegal.
Mereka yang ingin memiliki senjata api mesti melalui serangkaian pemeriksaan latar belakang yang ketat. Salah satunya adalah keterangan sehat dari dokter dan menyampaikan informasi tentang anggota keluarga.
Mereka juga mesti melalui uji coba untuk menunjukkan bahwa mereka bisa menggunakan senjata api dengan benar. Setelah itu, orang yang lolos uji latar belakang dan membeli senjata api juga wajib membeli suatu sistem pengunci khusus untuk unit senjata tersebut pada waktu yang sama.
Baca Juga: Pengamat: Pembunuhan Shinzo Abe Diduga terkait Pandangannya tentang Remiliterisasi Jepang
Setelah melalui serangkaian tes itu, pemilik senjata api hanya boleh menembaki target tanah liat. Apabila ingin berburu, pemilik senjata api mesti mendapatkan izin khusus tambahan.
Sementara itu, senjata api yang digunakan membunuh Abe diyakini adalah senjata api rakitan. Estimasi tersebut disampaikan direktur Armament Research Services, sebuah firma spesialis investigasi senjata api, N.R. Jenzen-Jones.
Jenzen-Jones membandingkan senjata pembunuh Abe dengan senapan era Perang Sipil Amerika Serikat. Senapan seperti itu memiliki propelan yang dimuat secara terpisah dari proyektil peluru.
“Undang-undang senjata api di Jepang sangat restriktif. Jadi, saya kira, apa yang terjadi di sini, dengan apa (senjata) yang mungkin sebuah senjata muzzle-loading, bukan hanya upaya mengelakkan kontrol senjata api, melainkan juga kontrol ketat amunisi di Jepang,” kata Jenzen-Jones.
Baca Juga: Pemimpin Dunia Kaget atas Pembunuhan Shinzo Abe, Kecam Pembunuhan dan Ucapkan Belasungkawa
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.