Meski berpengaruh dalam kemajuan dan reformasi, namun ia tetap menghadapi masalah ekonomi struktural yang lebih besar.
Ekonomi Jepang mengalami resesi dan deflasi bahkan sebelum pandemi virus corona bergejolak pada tahun 2020.
Kiprah Abe semakin memudar selama pandemi, banyak pihak menilai kebijakannya lambat dan membingungkan.
Baca Juga: Ini Sosok Pelaku Penembakan Mantan PM Jepang Shinzo Abe di Nara
Menghadapi badai politik
Di skala internasional, Abe keras terhadap Korea Utara, tetapi mengambil peran sebagai pembawa perdamaian bagi AS dan Iran.
Abe mendukung sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terhadap Korea Utara setelah uji coba nuklir.
Ia pun memberlakukan serangkaian sanksi sepihak terhadap Korea Utara, yang mencakup larangan semua kunjungan ke pelabuhan Jepang oleh kapal-kapal Korea Utara.
Abe juga lolos dari serangkaian skandal politik, seperti tuduhan penyalahgunaaan kekuasaan dalam skandal penjualan tanah yang sempat melilit dia dan istrinya.
Abe berhasil menjalin hubungan mesra dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan juga memprioritaskan hubungan pribadinya itu sebagai upaya melindungi aliansi Jepang dari mantra 'America First' yang digaungkan Trump saat itu.
Di sisi lain, Abe juga mencoba memperbaiki hubungan dengan Rusia dan China.
Hasilnya, Trump tetap ingin memaksa Jepang membayar lebih atas penempatan pasukan AS di Negeri Matahari Terbit itu.
Kesepakatan dengan Rusia mengenai pulau-pulau utara yang disengketakan tetap tak mencapai titik temu.
Tak hanya itu, rencana mengundang orang nomor satu di China, Xi Jinping untuk kunjungan kenegaraan juga gagal.
Baca Juga: Diperingatkan Shinzo Abe soal Taiwan, China Murka dan Kirim Protes Diplomatik ke Jepang
Abe juga berusaha keras atas perselisihan masa perang dengan Korea Selatan yang belum terselesaikan dan terus melayangkan rencana untuk merevisi konstitusi pasifis Jepang.
Sepanjang masa jabatannya, ia menghadapi badai politik yang merusak perolehan persetujuan dari parlemen karena tuduhan para oposisi. Namun, badai tersebut tidak mempengaruhi kekuasaannya, karena lemahnya pihak oposisi kala itu.
Ia juga mempersiapkan Olimpiade Tokyo 2020 yang tertunda dan akhirnya diselenggarakan pada tahun 2021.
Melansir dari Kompas.com, pada Senin (17/8/2020), Abe terlihat keluar dari rumah sakit Keio University Hospital Tokyo.
Ia dilaporkan telah diperiksa lebih dari tujuh jam, dan pergi dengan mobil tanpa mengatakan sepatah kata pun, menurut tayangan televisi lokal yang dilansir AFP.
Kemudian tak lama setelahnya, kesehatan pria 65 tahun ini dipertanyakan lagi karena enggan mengadakan konferensi pers. Padahal, kritik sedang deras mendera pemerintah Jepang atas penanganannya terhadap virus corona dengan jumlah kasus yang melonjak.
Abe kembali ke kantornya pada Rabu (19/8/2020), dan menyatakan siap bekerja lagi setelah menjalani pemeriksaan kesehatan dua hari sebelumnya di Keio University Hospital Tokyo. Namun, Abe masuk rumah sakit lagi pada Senin (24/8/2020).
Usai kesehatannya terus dispekulasikan, PM dengan masa jabatan terlama di Jepang ini dikabarkan akan mundur dari jabatannya. Kabar itu pun datang, Abe resmi mengundurkan diri pada Jumat (28/8/2020) melalui konferensi pers di kantor perdana menteri di Chiyoda, Tokyo, Jepang.
Baca Juga: Resmi! Yoshihide Suga Gantikan Shinzo Abe Jadi Perdana Menteri Jepang
Sumber : Kompas TV, RFI
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.