Kata dia, penasihat keuangan legal Sri Lanka sedang mengerjakan laporan sustainabilitas utang untuk diajukan pada Agustus mendatang.
Lebih lanjut, Wickremesinghe menyebut Kolombo tengah berunding dengan India, Jepang, dan China untuk membentuk konsorsium bantuan sekalinya perjanjian tingkat staf dengan IMF telah tercapai.
Sri Lanka menangguhkan pembayaran utang luar negerinya senilai sekitar 7 miliar dolar AS yang jatuh tempo tahun ini karena anjloknya devisa.
Total utang luar negeri Sri Lanka sendiri mencapai 51 miliar dolar AS, 28 miliar di antaranya wajib dilunasi per 2027, rata-rata pelunasan adalah 5 miliar dolar per tahun.
Warga Sri Lanka sendiri telah menggelar demonstrasi yang tak jarang berujung ricuh selama berbulan-bulan. Warga yang mengantre di pom bensin juga kerap bertikai dengan sesama pengantre atau polisi.
Wickremesinghe menyebut Bank Sentral Sri Lanka memproyeksikan kontraksi ekonomi dari 4 persen hingga 5 persen pada tahun ini. IMF memperkirakan ekonomi Sri Lanka akan menyusut 6 persen hingga 7 persen.
Ekonomi Sri Lanka dihantam pandemi Covid-19 tiga tahun belakangan. Pandemi memperparah dampak mismanajemen ekonomi Sri Lanka yang terjadi sejak lama.
GDP Sri Lanka terjun menjadi 76,2 miliar dolar AS pada 2021 dari sebelumnya 94,4 miliar dolar AS pada 2018. Tingkat GDP 2018 diperkirakan tidak akan tercapai hingga setidaknya 2026.
Wickremesinghe menyatakan, target pemerintah Sri Lanka saat ini adalah mencapai minimum 1 persen pertumbuhan ekonomi per akhir 2023.
Baca Juga: Belajar dari Sri Lanka, Apa Penyebab Negara Bisa Bangkrut dan Gagal Bayar Utang?
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.