PARIS, KOMPAS.TV - Sebagian besar Spanyol dan Portugal mengalami kekeringan paling parah dalam 1.200 tahun terakhir, menurut sebuah penelitian yang terbit pada Senin (4/7/2022), seperti dilaporkan Straits Times, Selasa, (5/7/2022).
Penelitian tersebut mengatakan sistem tekanan tinggi atmosfer yang didorong oleh perubahan iklim diduga menjadi salah satu sebab utama, seraya memperingatkan implikasi parah kekeringan yang terjadi terhadap produksi anggur dan zaitun.
Azores High, daerah bertekanan tinggi yang berputar searah jarum jam di atas bagian Atlantik Utara, memiliki pengaruh besar pada cuaca dan tren iklim jangka panjang di Eropa barat.
Namun dalam sebuah studi pemodelan baru yang diterbitkan dalam jurnal Nature Geoscience, para peneliti di Amerika Serikat menemukan sistem tekanan tinggi ini "berubah secara dramatis di abad yang lalu dan perubahan iklim Atlantik Utara ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam milenium terakhir".
Menggunakan simulasi model iklim selama 1.200 tahun terakhir, penelitian ini menemukan sistem tekanan tinggi ini mulai tumbuh untuk mencakup area yang lebih luas sekitar 200 tahun yang lalu, karena polusi gas rumah kaca manusia mulai meningkat.
Ini berkembang lebih dramatis di abad ke-20 seiring dengan pemanasan global.
Baca Juga: Orang yang Bau Badannya Sama Ternyata Lebih Cepat Berkawan, Ini Fakta Penelitiannya
Article: The Azores High over the North Atlantic has expanded due to anthropogenic climate change, disrupting precipitation patterns in western Europe https://t.co/uqnLhw4kWE@WHOI pic.twitter.com/8zKLNXZDzb
— Nature Geoscience (@NatureGeosci) July 4, 2022
Para peneliti kemudian melihat bukti tingkat curah hujan selama ratusan tahun di stalagmit Portugis, dan menemukan ketika Tinggian Azores meluas, musim dingin di Mediterania barat menjadi lebih kering.
Studi tersebut mengutip proyeksi bahwa tingkat curah hujan bisa turun lebih lanjut 10 hingga 20 persen pada akhir abad ini, yang menurut para peneliti akan menjadikan pertanian Iberia "beberapa yang paling rentan di Eropa".
Mereka memperingatkan Azores High akan terus berkembang selama abad ke-21 karena tingkat gas rumah kaca meningkat, yang mengarah pada peningkatan risiko kekeringan di Semenanjung Iberia dan mengancam tanaman pertanian utama.
"Temuan kami punya implikasi penting untuk proyeksi perubahan hidroklimat Mediterania barat sepanjang abad ke-21," kata para penulis.
Azores High bertindak sebagai "penjaga gerbang" untuk curah hujan ke Eropa, menurut penelitian, dengan udara kering turun di bulan-bulan musim panas menyebabkan panas, kondisi kering di sebagian besar Portugal, Spanyol dan Mediterania barat.
Pada periode musim dingin yang sejuk dan basah, sistem tekanan tinggi membengkak, mengirimkan angin barat yang membawa hujan ke daratan.
Baca Juga: Arkeolog Israel Umumkan Hasil Penelitian Masjid Kuno Abad 7 di Gurun Negev, Termasuk Artefak Keramik
Hujan musim dingin ini "penting" untuk kesehatan ekologi dan ekonomi kawasan, tetapi telah menurun, terutama selama paruh kedua abad ke-20.
Sementara penelitian sebelumnya tidak menguraikan efek variabilitas alam di Azores High, para penulis mengatakan, temuan mereka menunjukkan ekspansi selama era industri terkait dengan peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer.
Sebuah studi yang dikutip dalam penelitian terbaru memperkirakan area yang cocok untuk menanam anggur di Semenanjung Iberia dapat menyusut setidaknya seperempat dari luas areal semula dan berpotensi menghilang hampir sepenuhnya pada tahun 2050 karena kekurangan air yang parah.
Sementara itu, para peneliti memperkirakan penurunan 30 persen dalam produksi untuk daerah penghasil zaitun di Spanyol selatan pada tahun 2100.
Pembuat anggur sudah mencari cara untuk beradaptasi dengan perubahan iklim, seperti memindahkan kebun anggur ke tempat yang lebih tinggi dan bereksperimen dengan varietas yang lebih tahan panas.
Tahun lalu, para ilmuwan menemukan salju musim semi parah yang merusak tanaman anggur di Prancis lebih mungkin disebabkan oleh perubahan iklim, dengan tanaman yang bertunas lebih awal dan karenanya lebih rentan terhadap kerusakan.
Sumber : Kompas TV/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.