Effendi juga menyebut bahwa tujuan Jokowi ke Ukraina dan Rusia hanya empat.
“Pertama, beliau memang menyampaikan keprihatinan dan harapan untuk perdamaian.”
“Kedua, untuk jaminan supply food, dan energi, yang ketiga,” tuturnya.
Tujuan keempat adalah mengundang untuk hadir pada kegiatan G20.
“Nah, bahwa ada masalah gandum di wilayah Ukraine yang diblokade oleh Rusia, itulah yang mungkin disalahartikan, seolah-olah pesan itu yang dibawa oleh the messenger ini kepada Bapak Presiden Putin.”
Sementara, pakar hukum internasional, Hikmahanto Juwana, menanggapi meningkatnya eskalasi serangan Rusia ke Ukraina.
Menurutnya, gencatan senjata bukan sesuatu yang instan. Jika pun ada gencatan senjata, kata dia, ini bukan gencatan senjata yang ditandantangani oleh pemimpin dari dua negara yang bertikai.
Baca Juga: Pembelaan Masinton Kala Jokowi Disebut Gagal dalam Misi Damai Rusia-Ukraina
“Ketiga, kita tahu bahwa kalau seperti ini mungkin ada rencana-rencana yang sudah ditetapkan sebelumnya,” jelasnya dalam dialog Sapa Indonesia Malam Kompas TV, Senin (4/7/2022).
“Tapi yang pasti, Bapak Presiden bukan membawa misi sekadar gencatan senjata. Tapi, Bapak Presiden bicara tentang supply chain pangan yang akan terganggu kalau perang ini terus berlanjut.”
Menurutnya, ini merupakan hal cerdas yang dilakukan oleh Jokowi, dalam arti, tidak berbicara bahwa nantinya akan ada gencatan senjata atau tidak.
“Tetapi, Bapak Presiden minta, misalnya, ketika di Jerman, pertemuan G7 bicara soal supply chain pangan terkait dengan negara berkembang. Itu juga yang beliau bicarakan dengan Presiden Zelenskyy dan Presiden Rusia.”
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.