Karena UU Rusia itu membuat situs besar seperti Google dan Youtube sulit untuk digunakan, Baydachenko pun dilaporkan pindah ke wilayah yang “gelap”.
Ia pun memberikan ruang iklan di situs porno, dan juga di situs judi online.
Pembelian iklan tersebut dilakukannya lewat uang hasil dari pengumpulan dana.
Menurut Pemimpin Redaksi Index on Censorship, Jemimah Steinfeld, ternyata cara itu cukup berhasil.
“Situs itu terbukti menjadi platform yang baik karena kurangnya moderasi, audiens yang besar dan orang-orang di belakang mereka yang kesetiaannya dengan penawar tertinggi,” tulis Steinfield di The Guardian.
“Jika semuanya gagal, ia akan mencoba menghadapi Putin melalui film porno,” tambahnya.
Baca Juga: Pengamat: Kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia Strategi untuk Sukseskan G20 di Indonesia
Baydachenko pun dengan percaya diri menegaskan perlawanan melalui informasi telah berhasil bekerja.
Ia menambahkan, dirinya percaya bahwa penolakan perang oleh ibu-ibu para tentara Rusia, salah satunya karena kampanye yang ia galakkan.
Apa yang dilakukan Baydachenko itu merupakan salah satu cara yang dilakukan orang atau organisasi yang memanfaatkan lubang digital di Rusia untuk menentang kontrol Putin.
Sebelumnya seorang hacker meretas radio Rusia, Kommersant FM, dengan menyiarkan lagu kebangsaan Ukraina sebagai tanda menentang penyerangan yang dilakukan Putin.
Sumber : The Guardian
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.