Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed, mengatakan pasukan keamanan telah melancarkan operasi militer terhadap OLA. Tetapi, banyak orang Ethiopia tampak skeptis setelah melihat siklus mematikan yang terjadi di masa lalu.
Presiden wilayah Oromia, Shimelis Abdisa, Kamis (23/6), mengakui akan sulit untuk mengatur keamanan di setiap lokasi. Namun, ia mengatakan operasi saat ini "akan melumpuhkan kemampuan musuh untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain."
Etnis Amhara adalah kelompok etnis terbesar kedua di Ethiopia. Tetapi, etnis Amhara telah diserang di beberapa daerah di mana mereka menjadi suku minoritas.
Beberapa belas orang tewas dalam serangan di Benishangul Gumuz dan wilayah Oromia selama tiga tahun terakhir saja.
"Etnis Amhara yang tinggal di luar wilayah mereka tidak memiliki perwakilan hukum dan politik, yang mengakibatkan tidak ada perlindungan," kata Muluken Tesfaw, seorang aktivis komunitas yang melacak pelanggaran terhadap Amhara. "Bahkan ada pidato pejabat pemerintah wilayah Oromia yang berusaha mengurangi orang-orang yang berbicara bahasa Amharik."
"Narasi anti-Amhara menyebar selama lebih dari 50 tahun sekarang," kata Belete Molla, ketua partai oposisi NaMA. "Karenanya, Amhara yang tinggal di Oromia dan Benishangul menjadi sasaran."
Dia juga menuduh beberapa anggota partai penguasa wilayah Oromia "bekerja untuk atau bersimpati dengan Tentara Pembebasan Oromo."
Pembunuhan massal terbaru membuat dunia internasional tersentak.
Baca Juga: Serangan Udara di Kamp Pengungsi Tigray Ethiopia, Tewaskan 56 Warga Sipil Termasuk Anak-Anak
Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Michelle Bachelet, mendesak pihak berwenang Ethiopia untuk melakukan penyelidikan "cepat, tidak memihak dan menyeluruh".
Departemen Luar Negeri AS meminta warga Ethiopia untuk "menolak kekerasan dan mengejar perdamaian."
Ethiopia terus mengalami ketegangan etnis di beberapa bagian negara dan konflik mematikan di wilayah Tigray utara yang sangat memengaruhi ekonomi yang dulu tumbuh pesat. Namun, perdana menteri bersikeras, hari-hari yang lebih baik akan datang.
"Tidak ada keraguan Ethiopia berada di jalur kemakmuran," katanya dalam pidato parlemen bulan ini.
Tetapi, orang-orang Ethiopia yang lolos dari pembantaian berdarah itu, mencari jawaban.
Nur Hussein mengatakan, dia dan penduduk Desa Tole lainnya sudah menelepon pejabat terdekat tentang orang-orang bersenjata, sesaat sebelum kekerasan meledak.
"Respons mereka diredam. Mereka mengatakan tidak ada ancaman khusus untuk ditanggapi. Tetapi lihat apa yang terjadi," katanya.
"Insyaallah, kita akan melewati ini, tetapi ini adalah bekas luka yang akan hidup bersama kita selamanya."
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.