Tak bisa dicegah, Soeharto akhirnya meneken 'kontrak mati' yang menyatakan PBB tak menjamin keselamatan rombongan dari Indonesia.
Kisahnya tidak berhenti di situ.
Sepanjang kunjungan sejak pesawat lepas landas, Soeharto juga enggan memakai jaket rompi antipeluru yang beratnya ditaksir 12 kilogram.
Baca Juga: Mengerikan, Angka Aborsi di Inggris Capai Rekor Tertinggi, Dianggap karena Masalah Ekonomi
Padahal, seluruh anggota rombongan, termasuk jurnalis dan juru foto kepresidenan telah mengenakan pengaman sesuai standar.
Setiba di Sarajevo, Presiden RI kedua itu langsung disambut Yashusi Akashi selaku utusan PBB. Rombongan lantas melanjutkan perjalanan untuk bertemu Presiden Bosnia-Herzegovina Alija Izetbegovic.
Dalam perjalanan, rombongan diangkut menggunakan arak-arakan panser VAB buatan Prancis. Soeharto menempati panser ketujuh demi mengelabui para penyerang.
Lancar di perjalanan, rombongan akhirnya selamat hingga bertemu dengan presiden negara itu.
Baca Juga: Kisah Anne Frank dan Buku Hariannya tentang Kekejaman Nazi Jadi Tema Google Doodle Hari Ini
Selepas pertemuan, dalam perjalanan pulang, Sjafrie yang ketika itu menjabat sebagai Komandan Grup A Paspampres, lantas bertanya akan maksud Soeharto mengunjungi Sarajevo, Bosnia-Herzegovina.
Soeharto menjawab, "Ya kita kan tidak punya uang. Kita ini pemimpin Negara Non-Blok, tetapi tidak punya uang."
"Ada negara anggota kita susah, kita tidak bisa membantu dengan uang, ya kita datang saja. Kita tengok," tegas Soeharto.
Baca Juga: Separatis Pro-Rusia Klaim 600 Tentara Ukraina Menyerah saat Mundur dari Sievierodonetsk
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.