Emergency, yang menyalurkan bantuan kemanusiaan di Afghanistan sebelum bencana, mengirim tujuh ambulans dan staf ke daerah-daerah dekat zona gempa.
"UNICEF, memiliki tim kesehatan dan gizi di daerah itu dan mengirim truk penuh selimut, tenda dan perlengkapan lainnya", kata Sam Mort, kepala komunikasi untuk UNICEF Afghanistan seperti laporan Associated Press.
"Rumah sakit di wilayah itu kewalahan dengan yang terluka", katanya.
Sebagian besar kematian yang dikonfirmasi terjadi di Paktika, di mana 255 orang tewas dan lebih dari 200 terluka, kata pejabat kementerian dalam negeri Salahuddin Ayubi.
Baca Juga: Update Gempa Afghanistan: Korban Jiwa Hampir Seribu Orang, Masih Bisa Bertambah
Di Provinsi Khost, 25 orang meninggal dan 90 orang dibawa ke rumah sakit. Rumah-rumah menjadi puing-puing dan mayat-mayat yang terbungkus selimut tergeletak di tanah, foto-foto di media Afghanistan menunjukkan.
Helikopter dikerahkan dalam upaya penyelamatan untuk mencapai yang terluka dan menerbangkan pasokan medis dan makanan, kata Ayubi. Namun cuaca buruk menghambat upaya tersebut.
Gempa itu adalah yang paling mematikan di Afghanistan sejak 2002, terjadi sekitar 44 km dari kota tenggara Khost, dekat perbatasan dengan Pakistan, kata Badan Survei Geologi AS USGS.
Adapun BBC melaporkan gempa terjadi sekitar pukul 1.30 pagi ketika orang-orang tidur.
Guncangan dirasakan oleh sekitar 119 juta orang di Pakistan, Afghanistan dan India, kata Pusat Seismologi Mediterania Eropa (EMSC) di Twitter, tetapi tidak ada laporan segera mengenai kerusakan atau korban di Pakistan.
EMSC memperkirakan gempa berkekuatan 6,1, meskipun USGS mengatakan itu 5,9.
Pemimpin tertinggi Taliban yang berkuasa Haibatullah Akhundzada menyampaikan belasungkawa dalam sebuah pernyataan.
Melakukan operasi penyelamatan akan membuktikan ujian besar bagi Taliban, yang mengambil alih negara itu Agustus lalu dan telah terputus dari banyak bantuan internasional karena sanksi.
Afghanistan juga bergulat dengan krisis ekonomi yang parah sejak pasukan internasional pimpinan AS mundur setelah perang selama dua dekade.
Sumber : Kompas TV/Straits Times/BBC/Assosiated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.