MOSKOW, KOMPAS.TV - Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, mengatakan Amerika Serikat telah menyatakan "perang lewat proksi" terhadap Rusia, dengan terus memasok senjata ke Ukraina dan membuat peperangan berlanjut hingga orang Ukraina terakhir, seperti laporan RIA Novosti, Jumat (3/6/2022).
"Menanggapi operasi militer khusus kami, negara-negara NATO, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, telah menyatakan apa yang disebut perang dengan proksi, atau perang proksi, kepada kami, yang terdiri dari memasok Ukraina dengan sejumlah besar senjata," kata Medvedev dalam wawancara dengan Al Jazeera yang dikutip RIA Novosti, Jumat.
"Mereka berusaha dengan segala cara yang mungkin untuk mempertahankan suasana peperangan di sana (Ukraina), kegilaan peperangan, agar Ukraina berperang sampai akhir, seperti yang mereka katakan, hingga orang Ukraina terakhir," katanya.
Dia menambahkan, kepentingan Amerika Serikat atau Eropa dalam hal ini tidak dirugikan.
"Enam juta orang telah meninggalkan Ukraina, dan sekarang negara-negara ini memikul sebagian besar tanggung jawab atas apa yang terjadi," kata Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia itu.
Medvedev mengatakan, sebelum semua terjadi, pilihan yang tersisa adalah operasi khusus di Ukraina walau skenario damai ada. Namun posisi destruktif NATO tidak memungkinkan.
Baca Juga: Kecam Sanksi Barat, Medvedev: Ini Agresi, Rusia Berhak Pertahankan Diri
Medvedev merujuk pada peristiwa tahun 2014 dan perjanjian Minsk, yang hanya di atas kertas dan tidak terlaksana.
"Fakta bahwa ini (perjanjian Minsk) tidak terjadi, dimainkan oleh mereka yang memaksakan sudut pandang tentang Ukraina. Saya akan memberitahu Anda secara langsung siapa mereka. Ini adalah Amerika Serikat, negara-negara Eropa dan NATO secara keseluruhan. Kalau bukan karena posisinya yang destruktif, bisa saja disepakati," tegas Medvedev.
Selain itu, menurutnya, Rusia mustahil tidak khawatir dengan perluasan NATO. Moskow, kata Medvedev, telah mengirim proposal ke Washington tentang jaminan keamanan, namun tidak ada jawaban.
Medvedev menjelaskan, “Anda dan saya memahami ini adalah ancaman langsung dan nyata bagi kami. Kehadiran pangkalan asing, pangkalan NATO di perbatasan dengan Federasi Rusia, di mana sistem rudal serang akan dikerahkan, ini adalah sebuah revolusi lengkap dalam masalah keamanan."
Sumber : Kompas TV/RIA Novosti/Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.