KIEV, KOMPAS.TV - Ukraina mengakui Rusia saat ini menguasai seperlima atau 20 persen wilayah Ukraina dalam serangan Rusia atas negara itu sejak 24 Februari 2022.
Ini termasuk wilayah Donetsk dan Lugansk, serta semenanjung Krimea yang dicaplok Rusia pada 2014 seperti laporan New York Times, Kamis (2/6/2022).
"Hari ini, sekitar 20 persen wilayah kami berada di bawah kendali penjajah," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pidatonya kepada anggota parlemen di Luksemburg.
Pasukan Rusia memperkuat cengkeraman mereka di wilayah Donbas timur dan terus bergerak menuju pusat administrasi de facto Ukraina di wilayah itu, Kramatorsk.
Namun, mereka mundur dari daerah di sekitar ibu kota Kiev dan di timur laut untuk bisa memusatkan serangan mereka ke kawasan industri timur.
Zelensky mengatakan tahun 2014, separatis yang didukung Kremlin dan militer Rusia menguasai 43.000 km persegi, sebuah wilayah yang dia bandingkan dengan ukuran Belanda.
Tetapi angka itu, lebih dari tiga bulan setelah serangan Rusia, meningkat menjadi hampir 125.000 km persegi, wilayah yang katanya "jauh lebih besar" daripada gabungan Belanda, Belgia dan Luksemburg.
Baca Juga: Pengakuan Zelensky: 60 hingga 100 Tentara Ukraina Terbunuh Setiap Hari di Pertempuran Lawan Rusia
Zelensky juga mengatakan kepada anggota parlemen Luksemburg bahwa area lebih dari dua kali ukuran itu, hampir 300.000 km persegi, telah tercemar dengan ranjau dan persenjataan yang tidak meledak.
"Dua belas juta orang Ukraina mengungsi dan lebih dari lima juta pergi ke luar negeri," tambahnya.
Dengan pertempuran yang berkecamuk dari Kharkiv di timur laut hingga kota Mykolaiv di selatan, Zelensky berkata, “Jika Anda melihat seluruh garis depan, dan tentu saja tidak lurus, garis ini lebih dari seribu kilometer. ”
"Coba bayangkan! Pertempuran terus-menerus, yang membentang di sepanjang garis depan sepanjang lebih dari seribu kilometer.”
Ukraina berjuang untuk mempertahankan wilayah di sepanjang front timur perang hari Kamis, bahkan ketika para pejabat mengatakan pasukannya membuat kemajuan dalam serangan balik terbatas di selatan, mencoba mengambil keuntungan dari keputusan Moskow untuk memusatkan serangan, dan pasukannya di timur Ukraina.
Pasukan Ukraina mengatakan mereka mendapatkan kembali beberapa wilayah di luar kota Kherson yang diduduki Rusia di selatan. Militer negara itu mengatakan, 20 pemukiman baru-baru ini 'dibebaskan'.
Baca Juga: ‘Serangan Gila’ Rusia Pukul Mundur Pasukan Ukraina di Sievierodonetsk, Setengah Kota Dikuasai Rusia
Di tengah pertempuran sengit dan kerugian besar yang diderita oleh tentara Rusia dan Ukraina, kedatangan senjata Barat yang semakin canggih dan kuat dapat segera mengubah dinamika di medan perang.
Presiden Joe Biden minggu ini mengatakan Amerika Serikat akan mengirim sistem roket canggih ke Ukraina, sebuah langkah besar dalam membantu Ukraina dalam upaya perangnya.
Pemerintahan Biden bersusah payah mendapatkan jaminan dari Ukraina senjata itu tidak akan digunakan untuk mencapai sasaran di dalam Rusia, yang mencerminkan keseimbangan rapuh yang coba dicapai oleh Amerika Serikat.
Namun, juru bicara Kremlin hari Rabu menuduh Washington "dengan sengaja dan susah payah menuangkan bensin ke api".
Untuk saat ini, upaya militer utama Moskow diarahkan untuk merebut Sievierodonetsk, kota besar terakhir di wilayah Luhansk di Ukraina timur yang tidak berada di tangan Rusia.
Menggunakan keunggulan mereka dalam kekuatan artileri, pasukan Rusia menggempur target di daerah itu selama berminggu-minggu dan sekarang telah menguasai lebih dari 70 persen kota.
Sumber : New York Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.