WASHINGTON, KOMPAS.TV - Polisi China dituduh mengancam warga muslim Uighur di Xinjiang dua pekan menjelang kunjungan delegasi PBB ke wilayah tersebut.
Kepala Komisi Hak Asasi Manusia PBB Michelle Bachelet melakukan kunjungan ke wilayah Xinjiang selama 6 hari yang dimulai Senin (23/5/2022) pekan lalu.
Pada kunjungan itu Bachellet mengunjungi Urumqi dan Kashgar, untuk melihat bagaimana kondisi warga muslim Uighur yang dilaporkan mendapat tekanan dari China.
Seorang warga Uighur di Amerika Serikat (AS), Kalbinur Gheni, mengungkapkan ancaman yang diterima orang tuanya di Xinjiang sebelum Bachelet tiba.
Baca Juga: Korea Utara Umumkan Situasi Pandemi Membaik, Pertimbangkan untuk Longgarkan Pengetatan
Menurut Gheni, ini berawal dari cuitannya di Twitter yang meminta Bachelet menemui saudarinya, yang dipenjara di Sanji, kota di dekat Urumqi.
Gheni mengatakan, setelah ia mencuitkan hal itu, anggota kepolisian China di Korla, kota terbesar kedua di Xinjiang, datang mengunjungi ibunya di Cherchen keesokan harinya.
Ia menekan sang ibu untuk meyakinkan Gheni agar tak mencuit lebih banyak lagi mengenai penahanan saudarinya.
“Anak Anda di Amerika Serikat berbicara melawan pemerintah,” ujar Gheni menirukan apa yang dikatakan polisi kepada ibunya dikutip dari Radio Free Asia.
“Jika Anda tak berbicara dan memintanya untuk menghapus semuanya di Twitter, Anda akan didakwa karena menjadi orang yang bermuka dua,” tambahnya.
Gheni mengungkapkan ibunya menangis saat ia menghubunginya di hari kedua setelah cuitan itu.
Sumber : Radio Free Asia
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.