"Ini menghilangkan fiksi bahwa merek multinasional hanyalah investor pasif," katanya.
"Kami ingin lebih banyak merek melakukan hal yang sama karena sayangnya ini bukan yang terakhir dari jenis (kasus)-nya, akan ada lebih banyak lagi kasus."
Selama setahun terakhir, para pekerja yang dipecat dan perwakilan serikat pekerja Thailand memprotes di luar Gedung Pemerintah di Bangkok untuk meminta bayaran mereka.
Baca Juga: Wow, Pria Ini Putuskan Ganti Kelamin demi Bisa Pensiun dan Dapat Pesangon Setahun Lebih Cepat
Prasit Prasopsuk, Presiden Konfederasi Buruh Industri Thailand mengatakan, beberapa pekerja yang memprotes telah didakwa dengan pelanggaran pidana, termasuk melanggar aturan berkumpul di tempat umum selama pandemi.
Sebuah laporan Konsorsium Hak Pekerja dari April tahun lalu mengatakan telah mendokumentasikan kasus pencurian upah serupa di 31 pabrik garmen di sembilan negara.
Direktur eksekutif Konsorsium Hak Pekerja Scott Nova mengatakan kasus-kasus itu hanyalah "puncak gunung es" dan masalah pencurian upah di industri garmen meledak selama pandemi karena pesanan pakaian menurun.
Dia memperkirakan pekerja garmen di seluruh dunia memiliki piutang sebesar 500 juta dollar sebagai akibat dari penutupan pabrik dan pesangon yang belum dibayar kepada pekerja.
Beberapa pekerja di pabrik Samut Prakan menerima pesangon yang setara upah empat tahun pada minggu lalu, katanya.
"Ini seperti tabungan hidup seorang pekerja ... dan itu dicuri. Kehilangan itu dan mendapatkannya kembali, sungguh sulit untuk digambarkan dengan kata-kata," kata Nova.
Sumber : Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.