MANILA, KOMAS.TV - Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyindir idolanya, Presiden Rusia Vladimir Putin soal perang di Ukraina, Selasa (24/5/2022).
Duterte mendamprat tindakan Rusia yang disebut membunuh warga sipil tak bersalah di Ukraina.
Dulunya, Duterte secara terbuka mengagumi Putin, menyebutnya sebagai idola dan seorang teman.
Namun, invasi Rusia ke Ukraina yang berujung meroketnya harga minyak global yang juga berdampak ke Filipina membuat Duterte mengeluarkan pernyataan keras.
Pernyataan Duterte itu dibuat ketika rapat dengan sejumlah pejabat kabinetnya yang disiarkan televisi, Selasa (24/5).
Sembari menegaskan tidak mengutuk Putin secara pribadi, Duterte mengaku tak setuju dengan Kremlin yang menyebut invasi itu sebagai 'operasi militer khusus' itu.
Duterte menyebut tindakan Rusia adalah perang berskala penuh melawan sebuah negara berdaulat.
Baca Juga: Potret Marcos Jr dan Sara Duterte Menangkan Pemilu Filipina
Kemudian, Duterte membandingkan invasi Rusia dengan kampanye anti-narkoba brutal yang diluncurkan pemerintahannya.
“Banyak yang berkata Putin dan saya adalah pembunuh. Saya sejak lama mengatakan kepadamu, rakyat Filipina, saya benar-benar membunuh. Namun, saya membunuh kriminal. Saya tidak membunuh anak-anak dan lanjut usia,” kata Duterte dikutip Associated Press.
“Kami hidup di dunia yang berbeda,” sambung presiden yang sebentar lagi meletakkan jabatannya itu.
Di panggung internasional, Filipina mendukung resolusi Majelis Umum PBB yang mengutuk invasi Rusia ke Ukraina. Manila juga meminta perlindungan bagi infrastruktur sipil serta warga.
Duterte pun mendesak Rusia berhenti membombardir area permukiman dan mengizinkan warga mengevakuasi diri sebelum bombardir.
“Kamu (Putin) mengontrol segalanya. Ngomong-omong, kamu lah yang memulai keributan ini jadi kendalikan serdadumu dengan ketat. Mereka (tentara Rusia) tengah mengamuk,” kata ayah dari Sara Duterte, pemenang pemilihan wakil presiden Filipina ini.
Selama menjabat, Duterte memimpin kampanye anti-narkoba yang membunuh lebih dari 6.000 orang, kebanyakan kriminal kelas teri.
Lembaga-lembaga hak asasi manusia melaporkan jumlah korban jauh lebih banyak dibanding versi Manila, menyebut orang-orang tak bersalah, termasuk anak-anak, ikut tewas dibunuh aparat.
Duterte dan jajaran kepolisiannya membantah anggapan bahwa mereka mengizinkan pembunuhan ekstrayudisial selama kampanye pemberantasan narkoba.
Presiden Duterte akan meletakkan jabatannya pada 30 Juni mendatang.
Ia akan digantikan pemenang pemilu, Ferdinand 'Bongbong' Marcos Jr., putra diktator Filipina, Ferdinand Marcos.
Baca Juga: Mantan Intelijen Inggris Sebut Putin Bakal Lengser di 2023, Apa Sebabnya?
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.