BANGKOK, KOMPAS.TV - Amerika Serikat dan empat negara lain mengeluarkan pernyataan bersama terkait aksi walk out yang mereka lakukan saat perwakilan Rusia berpidato dalam pertemuan APEC di Bangkok, Sabtu (21/5/2022) lalu.
Pernyataan tersebut menegaskan bahwa aksi walk out itu dilakukan semata-mata untuk memprotes serangan Rusia ke Ukraina, bukan ditujukan kepada Thailand yang bertindak sebagai tuan rumah.
Seperti dilaporkan The Associated Press, Senin (23/5/2022), selain 5 negara yang walk out saat wakil Rusia berpidato, dua negara lain, Korea Selatan dan Chile, ikut menandatangani surat pernyataan tersebut.
Perwakilan Dagang AS Katherine Tai, serta delegasi dari Jepang, Australia, Selandia Baru, dan Kanada keluar dari sesi pertemuan APEC pada Sabtu lalu tepat ketika Maxim Reshetnikov, menteri pembangunan ekonomi Rusia, akan menyampaikan pidato pembukaannya.
Dalam pernyataannya, negara-negara yang walk out tersebut menegaskan "dukungan teguh untuk APEC" dan "berkomitmen penuh" untuk mendukung Thailand sebagai ketua tahun ini.
Tetapi, kata mereka, mereka mengutuk “dalam istilah yang paling keras perang agresi yang tidak beralasan oleh Rusia terhadap Ukraina.”
Forum APEC yang beranggotakan 21 negara dimaksudkan untuk mempromosikan integrasi ekonomi dan perdagangan di seluruh kawasan Asia-Pasifik.
Dalam pernyataannya, ketujuh negara yang membuat pernyataan itu mencatat tidak hanya situasi kemanusiaan di Ukraina yang memburuk, perang Rusia-Ukraina juga mulai berdampak pada harga energi dan pangan global.
“Peningkatan kerawanan pangan, karena invasi Rusia, dirasakan di seluruh dunia, dan secara tidak proporsional oleh yang paling rentan,” bunyi pernyataan yang dibagikan Kedutaan Besar AS di Bangkok.
“Menegaskan kembali pentingnya tatanan internasional berbasis aturan yang menopang kawasan Asia-Pasifik yang terbuka, dinamis, tangguh dan damai, maka kami sangat mendesak Rusia untuk segera menghentikan penggunaan kekuatan dan sepenuhnya serta tanpa syarat menarik semua kekuatan militernya dari Ukraina.”
Baca Juga: Rusia Intensif Bergerilya Promosikan Investasi ke Negara Asia Pasifik Disela Perang dengan Ukraina
Sementar itu, Reshetnikov mengatakan, negara-negara APEC lainnya harus melihat sanksi luas yang dikenakan pada Rusia sebagai peluang bagi mereka untuk memperluas investasi di sektor energi, makanan, dan lainnya.
“Ini menawarkan peluang … termasuk untuk ekonomi Thailand, peluang untuk datang ke pasar Rusia dan mengisi ceruk yang kini kosong,” kata Reshetnikov seperti laporan TASS.
Selain itu, kata Reshetnikov, "Ini juga merupakan peluang bagi perusahaan Rusia, yang secara aktif mencari pasar baru untuk produk mereka.”
Pertemuan dua hari itu ditutup pada Minggu tanpa pernyataan bersama karena perbedaan pandangan tentang serangan Rusia ke Ukraina, menurut Menteri Perdagangan Jepang Koichi Hagiuda.
"Ada perbedaan besar ketika mengoordinasikan kata-kata tentang Rusia di antara negara-negara anggota," kantor berita Jepang Kyodo melaporkan pernyataan Hagiuda pada konferensi pers.
Selain Rusia sendiri yang menjadi bagian dari APEC, anggota China dan Vietnam sama-sama abstain dalam pemungutan suara Majelis Umum PBB pada Maret lalu yang bertujuan untuk mengutuk serangan Rusia ke Ukraina.
Reshetnikov mengatakan kepada wartawan setelah pertemuan, 23 dari 24 poin telah disepakati, yang berarti APEC masih dapat memajukan agenda ekonomi kelompok tersebut.
Ia menyalahkan negara-negara yang melakukan walk out sebagai penyebab tidak terwujudnya pernyataan bersama dalam pertemuan tersebut.
“Satu-satunya alasan kami belum mencapai konsensus adalah upaya beberapa negara untuk mempolitisasi forum tersebut,” kata Reshetnikov dikutip TASS.
Ia menambahkan, “Ke depan, kita harus fokus untuk menemukan titik temu, bukan memprovokasi perbedaan pendapat.”
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.