WASHINGTON, KOMPAS.TV - Presiden Amerika Serikat Joe Biden akan menjamu para pemimpin negara ASEAN di Washington hari Kamis, (12/5/2022), berusaha menunjukkan pemerintahannya tetap fokus pada Indo-Pasifik dan tantangan jangka panjang China meskipun ada krisis Ukraina, seperti laporan Straits Times, Kamis, (12/5/2022)
KTT Khusus ASEAN-AS selama dua hari dengan 10 negara ASEAN dimulai dengan makan malam Gedung Putih hari Kamis (12/5/2022) sebelum pembicaraan di Departemen Luar Negeri AS hari Jumat, (13/5/2022)
Ini akan menjadi pertama kalinya para pemimpin ASEAN, perhimpunan negara-negara yang dibentuk di hari tergelap Perang Dingin, berkumpul sebagai sebuah kelompok di Gedung Putih. Presiden Barack Obama adalah pemimpin AS terakhir yang menjadi tuan rumah mereka, di Sunnylands di California tahun 2016.
Delapan dari 10 pemimpin ASEAN diharapkan hadir, di mana pemimpin Myanmar disingkirkan karena kudeta militer tahun lalu dan Filipina tidak dapat hadir karena dalam masa transisi setelah pemilihan umum.
Gedung Putih mengatakan diskusi sedang berlangsung dengan ASEAN tentang menempatkan kursi kosong mewakili Myanmar di KTT untuk mencerminkan ketidakpuasan terhadap junta militer yang melakukan kudeta.
Para pemimpin ASEAN, didampingi oleh Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo dan Perwakilan Dagang AS Katherine Tai, akan bertemu dengan para pemimpin bisnis AS hari Kamis, kata Gedung Putih kepada wartawan melalui telepon.
KTT tersebut berlangsung menjelang kunjungan Biden pada 20-24 Mei ke Korea Selatan dan Jepang, yang mencakup rencana untuk bertemu dengan sesama pemimpin negara-negara Quad, Australia, India dan Jepang, yang memiliki keprihatinan yang sama dengan AS tentang ambisi China untuk memperluas pengaruhnya di wilayah dan secara global.
Baca Juga: Jelang KTT Khusus ASEAN - AS, Washington Minta Pemimpin ASEAN Lebih Terlibat dalam Masalah Myanmar
Koordinator Indo-Pasifik Biden, Kurt Campbell, mengungkapkan di sebuah think tank hari Rabu tentang perasaan yang mendalam di pemerintah Amerika Serikat tentang perlunya untuk tidak terganggu dalam isu Indo-Pasifik, dan mengatakan negaranya akan berusaha untuk meningkatkan investasi dan keterlibatan AS di negara-negara ASEAN.
Dia mengatakan China, Myanmar, Taiwan dan Ukraina akan menjadi salah satu isu yang dibahas dalam KTT ASEAN-AS.
"Kami percaya sangat penting bagi negara-negara lain untuk menggarisbawahi secara publik dan pribadi bahwa apa yang telah terjadi di Ukraina tidak boleh terjadi di Asia," kata Campbell, merujuk pada ancaman China untuk merebut kembali Taiwan dengan paksa jika perlu.
Campbell mengakui kritik bahwa keterlibatan AS dengan ASEAN berkurang di banyak bidang dan sektor penting.
"Kami harus mengirim sinyal bahwa Amerika Serikat akan menjadi mitra tetap, dan kepentingan strategis kami mendorong dan mengarahkan kami untuk memainkan peran yang lebih besar dari waktu ke waktu," katanya.
Campbell hari Senin mengatakan akan ada diskusi "substansial" dengan ASEAN mengenai teknologi, pendidikan, infrastruktur, dan Washington akan segera mengumumkan rencana untuk memerangi penangkapan ikan ilegal di Pasifik dengan lebih baik.
Kate Rebholz, penjabat duta besar AS untuk ASEAN mengatakan KTT itu akan membawa "pernyataan visi AS-ASEANyang ambisius dan berwawasan ke depan" dan inisiatif baru, termasuk kemitraan dalam kesehatan masyarakat, iklim, dan pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga: Presiden Jokowi Tiba di Washington DC, Hadiri KTT ASEAN-AS hingga Bertemu Joe Biden dan CEO Besar AS
Bahkan jika KTT sebagian besar akan simbolis dan tidak ada kemajuan dramatis, para analis dan diplomat mengatakan fakta itu bertujuan untuk menunjukkan bahwa China tetap menjadi tantangan kebijakan luar negeri jangka panjang AS, terlepas dari tindakan Rusia di Ukraina.
Mereka mengatakan kemungkinan akan meningkatkan "kemitraan strategis" AS-ASEAN saat ini dengan menambahkan sebuah kata untuk menjadikannya kemitraan strategis "komprehensif", membuatnya sejalan dengan deskripsi hubungan ASEAN dengan Australia dan China.
"Pertemuan itu adalah pesan ... bahwa AS sebenarnya mampu berjalan dan mengunyah permen karet pada saat yang sama, dan tidak terganggu," Bilahari Kausikan, mantan sekretaris tetap kementerian luar negeri Singapura, mengatakan kepada think tank Stimson Center pada hari Senin.
Negara-negara ASEAN juga berbagi kekhawatiran tentang China dan secara luas ingin meningkatkan hubungan dengan Washington, tetapi mereka frustrasi oleh penundaan AS dalam merinci rencana untuk keterlibatan ekonomi dengan ASEAN sejak mantan presiden Donald Trump keluar dari pakta perdagangan regional tahun 2017.
Pada pertemuan puncak virtual dengan ASEAN Oktober lalu, Biden mengatakan Washington akan memulai pembicaraan tentang pengembangan kerangka kerja ekonomi regional, tetapi para diplomat mengatakan ini kemungkinan hanya akan ditampilkan secara periferal minggu ini.
Duta Besar Jepang untuk Washington mengatakan Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik (IPEF) Biden kemungkinan akan diluncurkan secara resmi di Jepang, tetapi rinciannya masih dalam pembahasan.
Analis dan diplomat mengatakan hanya dua dari 10 negara ASEAN, Singapura dan Filipina, diharapkan menjadi salah satu kelompok negara pertama yang mendaftar untuk negosiasi di bawah IPEF, yang saat ini tidak menawarkan perluasan akses pasar yang diinginkan negara-negara Asia, mengingat Kepedulian Biden untuk pekerjaan bagi rakyat Amerika.
Seorang penasihat Perdana Menteri Kamboja Hun Sen, yang menjabat sejak 1985 dan melakukan kunjungan Gedung Putih pertamanya, mengatakan Biden perlu menghabiskan lebih banyak waktu bersama para pemimpin jika serius ingin meningkatkan hubungan.
Sumber : Kompas TV/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.