CANBERRA, KOMPAS.TV — Lebih dari 90 persen karang Great Barrier Reef yang disurvei tahun ini mengalami pemutihan karang dalam peristiwa massal keempat dalam tujuh tahun terakhir di ekosistem terumbu karang terbesar di dunia.
Hal ini diungkapkan ilmuwan pemerintah Australia seperti dilansir Associated Press, Rabu (11/5/2022).
Pemutihan karang disebabkan oleh pemanasan global. Tetapi, ini adalah peristiwa pemutihan pertama selama pola cuaca La Niña, yang dikaitkan dengan suhu Samudera Pasifik yang lebih dingin, kata Otoritas Kelautan Great Barrier Reef dalam laporan tahunannya yang dirilis Selasa (10/5) malam. Dalam laporan itu, mereka menemukan bahwa 91 persen dari daerah yang disurvei, terkena dampak.
Pemutihan pada 2016, 2017 dan 2020 merusak dua per tiga karang di terumbu terkenal di lepas pantai timur Australia itu.
Pemutihan karang adalah respons stres panas dan kenaikan suhu air laut. Para ilmuwan berharap sebagian besar karang akan pulih dari peristiwa saat ini, kata David Wachenfeld, kepala ilmuwan di otoritas yang mengelola ekosistem terumbu karang.
"Indikasi awal adalah kematian tidak akan terlalu tinggi," kata Wachenfeld, Rabu (11/5).
“Kami berharap akan melihat sebagian besar karang yang memutih bisa kembali pulih seperti peristiwa seperti tahun 2020 ketika, ya, ada pemutihan massal, tetapi angka kematiannya rendah,” tambah Wachenfeld.
Baca Juga: Pemerintah Australia Janjikan Tambahan A$1 Miliar untuk Rawat dan Konservasi Great Barrier Reef
Peristiwa pemutihan karang pada tahun 2016 dan 2017 menyebabkan “tingkat kematian karang yang cukup tinggi,” kata Wachenfeld.
Simon Bradshaw, seorang peneliti di Climate Council, sebuah kelompok yang berbasis di Australia yang melacak perubahan iklim, mengatakan laporan itu menunjukkan kelangsungan hidup terumbu karang bergantung pada pengurangan emisi global yang tajam dalam dekade ini.
“Ini memilukan. Ini sangat meresahkan,” kata Bradshaw. “Ini menunjukkan Barrier Reef kita benar-benar dalam masalah yang sangat serius.”
Desember lalu, bulan pertama musim panas Belahan Bumi Selatan, adalah bulan Desember terpanas yang pernah dialami terumbu karang sejak 1900. “Gelombang panas laut” telah terjadi pada akhir Februari, kata laporan itu.
Delegasi PBB mengunjungi terumbu karang pada bulan Maret untuk menilai apakah daftar Warisan Dunia terumbu karang harus diturunkan karena kerusakan akibat perubahan iklim.
Pada Juli tahun lalu, Australia mengumpulkan cukup dukungan internasional untuk menunda upaya UNESCO menurunkan status Warisan Dunia terumbu karang menjadi “dalam bahaya” karena kerusakan yang disebabkan oleh perubahan iklim.
Tetapi pertanyaan itu akan kembali menjadi agenda Komite Warisan Dunia UNESCO pada pertemuan tahunannya bulan depan.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.