JENEWA, KOMPAS.TV - Dua sub-varian Omicron terbaru, varian BA.4 dan BA.5 disebut menjadi penyebab melonjaknya kasus baru Covid-19 yang dilaporkan di Afrika Selatan, kata Organisasi Kesehatan Dunia WHO pada Rabu (4/5/2022).
Karena itu, WHO menekankan pentingnya pengujian untuk memantau mutasi dan penyebaran virus, seperti dilaporkan Straits Times, Kamis (5/5/2022).
Varian Omicron yang sangat bermutasi dan sangat mudah menular dari Covid-19, yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan pada November tahun lalu dan menyebar dengan cepat secara global, kini menjadi varian dominan, terhitung hampir semua kasus baru.
Omicron lama dikenal memiliki beberapa sub-varian, dengan BA.2 sejauh ini yang paling dominan.
Namun, sekarang para ilmuwan Afrika Selatan yang pertama kali mengidentifikasi Omicron menunjuk ke dua sub-varian Omicron lainnya, BA.4 dan BA.5, "sebagai penyebab lonjakan kasus" di negara itu.
Hal itu dikatakan Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah konferensi pers di Jenewa, Swiss.
Dalam laporan epidemiologi terbaru, WHO mengatakan, sub-garis keturunan varian Omicron "memperoleh beberapa mutasi tambahan yang dapat mempengaruhi karakteristik mereka."
Tedros mengatakan, saat ini "terlalu dini untuk mengetahui apakah sub-varian baru ini dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada sub-varian Omicron lainnya."
Baca Juga: Ilmuwan Afrika Selatan: Dua Sub-Varian Omicron BA.4 dan BA.5 Bisa Picu Gelombang Baru Covid-19
Namun, kata Tedros, "data awal menunjukkan vaksinasi tetap melindungi terhadap penyakit parah dan kematian."
Dengan jumlah total kasus yang dikonfirmasi laboratorium hampir 3,8 juta dan lebih dari 100.000 kematian, Covid-19 menghantam Afrika Selatan lebih keras daripada negara lain di benua itu.
Negara, di mana kurang dari 45 persen orang dewasa menjalani dua suntikan vaksin Covid-19, mengalami penurunan tajam dalam penularan virus Covid-19.
Bahkan pada Maret tercatat dua hari penuh tidak ada laporan kematian akibat Covid-19, untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun.
Pada awal April, Afrika Selatan mencabut semua pembatasan Covid-19.
Namun sejak itu, kasus penularan melonjak kembali, hampir 50 persen dalam seminggu terakhir, menurut data WHO.
"Cara terbaik untuk melindungi orang tetap lewat vaksinasi, di samping upaya kesehatan masyarakat dan sosial yang telah dicoba dan diuji," Tedros bersikeras pada Rabu.
WHO secara resmi mencatat lebih dari 6,2 juta kematian akibat Covid-19 di seluruh dunia sejak awal pandemi, tetapi jumlah sebenarnya diyakini jauh lebih tinggi.
Baca Juga: Dua Sub-Varian Baru Omicron Menyebar Cepat di New York, Picu Lonjakan Kasus Baru
Jumlah kasus dan kematian yang baru dilaporkan menurun secara global, dan kini telah turun ke level terendah sejak Maret 2020.
Namun, Tedros memperingatkan, "tren ini, meski disambut baik, tidak menuturkan keseluruhan cerita," menunjukkan kasus yang dilaporkan meningkat di Amerika dan Afrika, "didorong oleh sub-varian Omicron."
WHO juga memperingatkan jumlah tingkat infeksi global yang berkurang bisa menjadi akibat dari penurunan signifikan angka pengujian atau tes Covid-19.
Tedros menekankan, temuan Afrika Selatan menunjukkan "pengujian (tes Covid-19) dan pengurutan (genom) tetap sangat penting."
"Sub-varian BA.4 dan BA.5 diidentifikasi karena Afrika Selatan masih melakukan pengurutan genetik vital yang telah dihentikan banyak negara lain," kata Tedros.
"Di banyak negara, kita pada dasarnya buta terhadap bagaimana virus bermutasi," dia memperingatkan, "Kami tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya."
Sumber : Kompas TV/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.