“Tidak mengetahui di mana putra saya, hal itu sangat membunuh saya,” tutur Natalia.
Natalia mengungkapkan Yuri kembali menghubunginya setelah sepekan tak ada kabar.
Ia mengatakan setelah tiga hari di ketera, mereka tiba di Desa Semyonovka di Nizhegorodsky Oblast.
Ia mengatakan dirinya dan orang-orang lain ditempatkan di rumah kayu di sekitar hutan, dan sukarelawan Rusia memberikan makanan dan obat kepada mereka.
Baca Juga: Serangan Rudal Rusia di Odesa Tewaskan Bayi Tiga Bulan, Zelensky: Mana Mungkin Ia Jadi Ancaman
Tetapi ia mengatakan ponselnya diperiksa, dan ia ditanyai tentang keluarga di Ukraina dan teman di pasukan Ukraina.
Yuri juga mengatakan kepada Natalia ia tak bisa keluar dari daerah tersebut karena mereka dianggap pengungsi.
Natalia pun menegaskan pihak Rusia berusaha mencuci otak putranya.
“Ia mengatakan mereka memberitahu mereka bahwa Ukraina tak pernah eksis sebagai sebuah negara, dan bagian dari Rusia,” katanya.
“Saat ia keberatan dan mengatakan sejarah tak bisa ditulis ulang, dua orang menghampirinya dan menanyainya selama dua jam,” kata Natalia.
Ia juga ditanyai kenapa menulis surat kepada ibunya bahwa ia dipaksa dikirim ke Rusia.
Baca Juga: Cerita Warga Sipil yang Terjebak di Mariupol Rayakan Paskah di Bunker Bawah Tanah
Yuri mengatakan kepada pihak Rusia bahwa ia tak pernah ditanya apakan ingin pergi dari Ukraina.
“Ia diberitahu dirinya akan direkrut oleh tentara di Ukraina jika bertahan, dan akan umpan meriam, tetapi ia sekarang berada di Rusia, negara yang hebat,” katanya.
Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov pada bulan lalu menegaskan berita bahwa warga Ukraina telah dipaksa dipindahkan dari Mariupol ke Rusia tidak benar.
Tapi ia mengatakan militer Rusia memang membantu warga sipil untuk pergi dari kota tersebut.
Sumber : NBC News
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.