PARIS, KOMPAS.TV – Presiden Prancis petahana Emmanuel Macron berada di posisi terdepan dari rivalnya Marine Le Pen dari sayap kanan dalam pemilihan presiden (pilpres) Prancis.
Namun, kemenangan Macron masih bergantung pada ketidakpastian para pemilih yang masih ragu.
Jika Macron menang pada Minggu (24/4/2022), maka ia akan menjadi presiden Prancis pertama dalam 20 tahun yang berhasil melaju hingga periode kedua.
Melansir Associated Press, seluruh jajak pendapat beberapa hari belakangan menunjukkan kemenangan bagi Macron, sosok lelaki 44 tahun pro-Eropa.
Namun, selisih suara dengan rivalnya yang nasionalis tampak tak pasti, bervariasi dari 6 hingga 15 persen.
Baca Juga: Macron Hadapi Lawan Berat di Pilpres Prancis Putaran 2, Kekuatan Politik Bersatu Hadapi Sayap Kanan
Jajak pendapat juga memprediksi sejumlah besar pemilih akan mengisi surat suara dengan pilihan kosong atau tinggal di rumah dan tak memilih sama sekali pada pilpres putaran kedua sekaligus terakhir ini.
Pilpres putaran pertama pada 10 April lalu mengeliminasi 10 kandidat presiden lainnya.
Pemimpin Prancis selanjutnya sebagian besar akan bergantung pada pilihan mereka yang sebelumnya memilih kandidat-kandidat presiden yang kalah, pada Minggu (24/4).
Pertanyaan hendak memilih siapa ini sungguh sulit, terutama bagi pemilih sayap kiri yang membenci Macron, namun yang juga tak ingin melihat Le Pen berkuasa.
“Bukannya saya suka memilih Marine Le Pen, tetapi jika kau harus memilih antara kolera dan wabah, kau pasti akan pilih satu dari dua setan yang kurang jahat,” tutur Dulan Fouquet, pemilih Jean Luc Melenchon di Arras, Prancis utara, dikutip dari BBC, Sabtu (23/4).
Sumber : Associated Press/BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.