Kompas TV internasional kompas dunia

Bagi Pemilih Selain Macron dan Le Pen, Pilpres Prancis seperti Memilih antara Kolera atau Wabah

Kompas.tv - 23 April 2022, 23:36 WIB
bagi-pemilih-selain-macron-dan-le-pen-pilpres-prancis-seperti-memilih-antara-kolera-atau-wabah
Presiden petahana Prancis Emmanuel Macron, kiri, dan kandidat sayap kanan militan penantang Macron Marine Le Pen, kanan. Pemilu Presiden Prancis putaran 2 pada 24 April akan berlangsung sengit dengan menguatnya kubu sayap kanan yang dipimpin kandidat Marine Le pen menghadapi petahana Emmanuel Macron. (Sumber: France24)
Penulis : Vyara Lestari | Editor : Fadhilah

Baca Juga: Capres Prancis Larang Sembelih Hewan untuk Daging Halal, Kaum Muslim dan Yahudi Ketar-ketir

Melenchon sendiri berada pada posisi ketiga, berselisih tipis di bawah Le Pen pada pilpres putaran pertama.

Ketergantungan pada pemilih ini membuat Macron berupaya membujuk para pemilih sayap kiri.

“Pikirkan apa yang rakyat Inggris katakan beberapa jam sebelum Brexit atau (warga) di Amerika Serikat sebelum kemenangan Trump terjadi: ‘Saya tak akan pergi (memilih), apa gunanya?’ Dan mereka menyesali keputusan mereka sehari setelahnya,” tutur Macron pekan ini di televisi France 5.

“Jadi jika Anda ingin menghindari yang tidak terpikirkan… memilihlah (karena) untuk dirimu sendiri,” desak Macron pada para pemilih Prancis yang ragu.

Kedua rival capres Prancis itu tampil saling serang selama beberapa hari jelang pilpres putaran kedua pada Minggu.

Baca Juga: Capres Sayap Kanan Prancis Berpeluang Menangi Pilpres, Ini Gambaran bila Marine Le Pen Jadi Presiden

Macron berargumen bahwa pinjaman yang diterima partai Le Pen pada 2014 dari bank Ceko-Rusia membuatnya tak sesuai menghadapi Moskow di tengah invasinya ke Ukraina.

Ia juga menyebut bahwa rencana Le Pen melarang perempuan muslim mengenakan hijab di area publik di Prancis akan memicu ‘perang saudara’ di negara berpenduduk muslim terbesar di Eropa Barat itu.

Sementara, Le Pen berupaya meraih suara para pemilih yang berjuang dengan kenaikan harga makanan dan energi di tengah dampak perang Rusia di Ukraina.

Bagi kandidat 53 tahun itu, menurunkan biaya hidup akan menjadi prioritas utamanya jika ia terpilih sebagai presiden perempuan pertama Prancis.
 




Sumber : Associated Press/BBC




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x