Baca Juga: Capres Prancis Larang Sembelih Hewan untuk Daging Halal, Kaum Muslim dan Yahudi Ketar-ketir
Melenchon sendiri berada pada posisi ketiga, berselisih tipis di bawah Le Pen pada pilpres putaran pertama.
Ketergantungan pada pemilih ini membuat Macron berupaya membujuk para pemilih sayap kiri.
“Pikirkan apa yang rakyat Inggris katakan beberapa jam sebelum Brexit atau (warga) di Amerika Serikat sebelum kemenangan Trump terjadi: ‘Saya tak akan pergi (memilih), apa gunanya?’ Dan mereka menyesali keputusan mereka sehari setelahnya,” tutur Macron pekan ini di televisi France 5.
“Jadi jika Anda ingin menghindari yang tidak terpikirkan… memilihlah (karena) untuk dirimu sendiri,” desak Macron pada para pemilih Prancis yang ragu.
Kedua rival capres Prancis itu tampil saling serang selama beberapa hari jelang pilpres putaran kedua pada Minggu.
Baca Juga: Capres Sayap Kanan Prancis Berpeluang Menangi Pilpres, Ini Gambaran bila Marine Le Pen Jadi Presiden
Macron berargumen bahwa pinjaman yang diterima partai Le Pen pada 2014 dari bank Ceko-Rusia membuatnya tak sesuai menghadapi Moskow di tengah invasinya ke Ukraina.
Ia juga menyebut bahwa rencana Le Pen melarang perempuan muslim mengenakan hijab di area publik di Prancis akan memicu ‘perang saudara’ di negara berpenduduk muslim terbesar di Eropa Barat itu.
Sementara, Le Pen berupaya meraih suara para pemilih yang berjuang dengan kenaikan harga makanan dan energi di tengah dampak perang Rusia di Ukraina.
Bagi kandidat 53 tahun itu, menurunkan biaya hidup akan menjadi prioritas utamanya jika ia terpilih sebagai presiden perempuan pertama Prancis.
Sumber : Associated Press/BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.