PROVIDENCE, KOMPAS.TV — Twitter, Jumat (15/4/2022) mengatakan, dewan direksinya dengan suara bulat memutuskan untuk melawan proposal CEO Tesla Elon Musk untuk mengambil alih Twitter dengan menawarkan pembelian saham senilai lebih dari USD43 miliar atau setara Rp617 triliun.
Seperti laporan Associated Press, Sabtu (16/4/2022), Musk juga dilaporkan ingin membuat Twitter menjadi perusahaan pribadi.
Langkah ini akan memungkinkan pemegang saham Twitter yang ada, kecuali Musk, untuk membeli saham tambahan dengan harga diskon, sehingga melemahkan saham Musk di perusahaan dan membuatnya lebih sulit untuk mengumpulkan mayoritas suara pemegang saham yang mendukung akuisisi.
Rencana Twitter akan berlaku jika sekitar 9 persen saham Musk tumbuh menjadi 15 persen atau lebih.
Upaya dewan direksi Twitter menambah putaran lain ke dalam melodrama upaya Musk mengambil alih platform media sosial yang dia gambarkan pada Kamis (14/4/2022) sebagai "alun-alun kota de facto" di dunia.
Twitter mengatakan rencananya akan menekan kemungkinan setiap orang bisa menguasai perusahaan tanpa membayar premi kepada pemegang saham atau memberi dewan lebih banyak waktu untuk mengevaluasi tawaran.
Pembelaan semacam itu secara resmi disebut rencana hak pemegang saham atau shareholders rights plan, digunakan untuk mencegah pengambilalihan secara tidak bersahabat dari suatu perusahaan, dengan membuat akuisisi menjadi sangat mahal bagi penawar.
Baca Juga: Poison Pill, Cara Twitter Blokir Elon Musk Kuasai Perusahaan
Bahkan jika upaya itu menghalangi upaya pengambilalihannya, Musk masih bisa mengambil alih Twitter dengan mengobarkan "pertarungan proxy" di mana pemegang saham memilih untuk mempertahankan atau memberhentikan direktur perusahaan saat ini.
Twitter mengatakan rencananya tidak mencegah dewan untuk bernegosiasi atau menerima proposal akuisisi jika itu demi kepentingan terbaik perusahaan.
"Mereka bersiap-siap untuk pertempuran di sini melawan Musk," kata Daniel Ives, analis Wedbush Securities.
"Mereka juga harus memberi waktu untuk mencoba menemukan pembeli potensial lain."
Musk menawarkan untuk membeli perusahaan tersebut secara langsung seharga lebih dari USD43 miliar.
Ia mengatakan, perusahaan itu "perlu diubah sebagai perusahaan pribadi" untuk membangun kepercayaan dengan penggunanya dan berbuat lebih baik dalam melayani apa yang dia sebut sebagai "keharusan sosial" dari kebebasan berbicara.
“Memiliki platform publik yang dapat dipercaya secara maksimal dan inklusif secara luas, sangat penting bagi masa depan peradaban,” kata Musk saat wawancara di atas panggung di acara TED pada Kamis, hanya beberapa jam setelah tawarannya diumumkan.
Dengan sekitar 82 juta pengikut di Twitter, Musk adalah pengguna platform yang produktif dan kritikus vokal dari langkah-langkah, yang diambil untuk membatasi akun yang menyebarkan informasi yang salah atau memperkuat retorika kekerasan dan ujaran kebencian.
Baca Juga: Heboh, Elon Musk Umumkan Tawaran Ambil Alih Paksa Twitter Senilai Rp617 Triliun
Musk pada Kamis mengatakan, dia menentang blokir atau penangguhan permanen bagi pengguna, di mana kasus yang paling terkenal adalah penangguhan akun Twitter mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump setelah terjadinya kerusuhan di Capitol pada 6 Januari 2021.
Musk mengungkapkan dalam pengajuan peraturan baru-baru ini, dia membeli saham Twitter bertahap hampir setiap hari mulai 31 Januari, berakhir dengan kepemilikan sekitar 9 persen. Hanya Vanguard Group yang mengontrol lebih banyak saham Twitter dibanding Musk.
Gugatan yang diajukan pada Selasa (12/4/2022) di pengadilan federal New York menuduh Musk secara ilegal menunda pengungkapan sahamnya di Twitter sehingga dia bisa membeli lebih banyak saham dengan harga lebih rendah.
Setelah Musk mengumumkan sahamnya, Twitter dengan cepat menawarinya kursi di dewan dengan syarat Musk akan membatasi pembeliannya tidak lebih dari 14,9 persen dari saham perusahaan yang beredar.
Tetapi lima hari kemudian, Twitter mengatakan Musk telah menolak tawaran tersebut.
Ives mengatakan, upaya Twitter itu adalah manuver defensif yang dapat diprediksi tetapi dapat dilihat sebagai "tanda kelemahan" bagi perusahaan di Wall Street.
Musk dapat mencoba melawan tindakan itu di pengadilan, tetapi "tidak ada pengadilan yang membatalkan 'upaya serupa' dalam 30 tahun terakhir," kata profesor hukum Universitas Columbia, John Coffee.
Baca Juga: Usai Jadi Petinggi Twitter, Elon Musk Tanya Apakah Twitter Perlu Punya Tombol Edit?
Menggalang pemegang saham agar memecat anggota dewan Twitter mungkin lebih bisa dilakukan, tetapi juga menghadirkan tantangan bagi Musk, kata Coffee.
Tawaran Musk sudah menghadapi perlawanan sebelum Twitter melakukan serangan balasan pada Jumat.
Seorang pangeran Arab Saudi yang merupakan salah satu pemegang saham utama Twitter, mencemooh tawaran Musk dalam cuitan pada Kamis.
Al Waleed bin Talal mengatakan, dia akan menolak tawaran Musk karena dia tidak percaya USD43 miliar "mendekati nilai intrinsik Twitter, mengingat prospek pertumbuhannya."
Sang pangeran menyela cuitan dengan yang lain dari tahun 2015 yang mengungkapkan bahwa Kingdom Company-nya meningkatkan kepemilikan di Twitter menjadi 5,2 persen, atau sekitar setengah dari apa yang dimiliki Musk sekarang.
Sementara penawaran Musk senilai USD54,20 per lembar saham, hampir 40 persen lebih besar dari harga saham Twitter sebelum dia mengungkapkan investasi besarnya.
Penawaran Musk itu masih jauh di bawah harga penutupan puncak USD77,63 per lembar saham yang dicapai kurang dari 14 bulan yang lalu. Saat itu, Twitter bernilai sekitar USD62 miliar.
Baca Juga: Fitur Tombol Edit di Twitter Segera Hadir, Ini Hal yang Harus Diketahui
Musk menanggapi sang pangeran dengan cuitan yang menanyakan berapa banyak saham Twitter yang dia miliki.
Ia kemudian membuat referensi terselubung pada pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi tahun 2018 yang dikaitkan dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman.
“Apa pandangan Kerajaan tentang kebebasan berbicara jurnalistik?” Musk bertanya dalam cuitan pada Kamis.
Sebagai tanda bahwa investor merasa skeptis atas tawaran Musk, saham Twitter jatuh pada hari pertama perdagangan setelah tawaran pengambilalihan diumumkan pada Kamis, persis kebalikan dari reaksi pasar yang menyetujui.
Pasar saham ditutup pada Jumat karena hari besar Jumat Agung. Twitter mengatakan pihaknya berencana untuk mengungkapkan rincian lebih lanjut tentang rencana pemegang sahamnya dalam pengajuan peraturan yang akan datang.
Miliarder yang bermulut lantang lainnya, pemilik Dallas Mavericks dan investor teknologi, Mark Cuban, mengungkapkan teorinya di Twitter.
Ia mengatakan bahwa Musk membuat tawarannya untuk menaikkan harga saham perusahaan sehingga dia dapat menjual sahamnya dan ambil untung.
Menggunakan istilah yang tidak senonoh, Cuban juga mendalilkan Musk menggunakan tawaran itu untuk menyiksa Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC), badan pengatur pasar saham yang mendenda Musk sebesar USD20 juta pada 2018 setelah dia mencuit tentang kemungkinan pembelian Tesla yang tidak pernah terwujud.
Dalam acara TED hari Kamis, Musk menjelaskan dia masih marah dengan SEC dan mengutuk regulator dengan kata-kata kotor.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.