PERTUIS, KOMPAS.TV – Larangan penggunaan jilbab atau hijab bagi kaum muslim jadi sorotan dalam kampanye calon presiden (capres) Prancis, Jumat (15/4/2022).
Kandidat calon presiden (capres) dari sayap kanan, Marine Le Pen, disebut mendesak pelarangan penggunaannya di negara berpopulasi muslim terbesar di Eropa barat itu.
Sementara rivalnya, petahanan Emmanuel Macron, tak melarang pakaian keagamaan. Kendati begitu, selama masa pemerintahannya, sejumlah masjid dan kelompok Islam telah ditutup operasionalnya.
Baik Le Pen maupun Macron yang sama-sama menghadapi persaingan ketat pada 24 April nanti, dikonfrontasi para perempuan berjilbab.
Mereka mempertanyakan mengapa pilihan pakaian mereka ikut terseret dalam politik. Banyak kaum muslim yang merasa, kampanye pilpres telah menstigmatisasi keyakinan mereka secara tidak adil.
Baca Juga: Capres Prancis Larang Sembelih Hewan untuk Daging Halal, Kaum Muslim dan Yahudi Ketar-ketir
Dalam kampanyenya di sebuah pasar petani di kota Pertuis di selatan Prancis, seorang perempuan berhijab mendatangi Le Pen yang tengah menyapa para pendukungnya.
“Apa yang dilakukan hijab dalam politik?” tanya perempuan itu, dikutip dari Associated Press, Sabtu (16/4).
Membela pendiriannya, Le Pen merespons dengan menyebut hijab sebagai “seragam yang dikenakan dari waktu ke waktu oleh orang-orang yang memiliki pandangan radikal tentang Islam”.
“Itu tidak benar,” sergah si perempuan.
“Saya mulai mengenakan hijab saat saya mulai menua. Bagi saya, ini adalah tanda menjadi seorang nenek.”
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.